Kekuatan Figur Masih Jadi Penentu Kecenderungan Perilaku Pemilih

Jumat 05 Apr 2024 - 05:43 WIB
Reporter : Faizarman
Editor : Muhammad Akta

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO- Crown Indonesia mengeluarkan hasil survey terkait kecenderungan Perilaku Pemilih dan Persepsi Publik tentang Pelayanan dan Kinerja Penyelenggara pada Pemilu 2024 di Provinsi Jambi. Riset survei dilakukan pada 24 Maret sampai 1 April 2024 secara serentak di 11 Kabupaten/Kota di se-Proinsi Jambi dengan jumlah sampel sebanyak 938 responden.

Dalam surveinya, terdapat beberapa temuan menarik yakni perilaku memilih publik cederung  ditentukan oleh figur atau tokoh kandidat. Crown Indonesia mencatat, sebanyak 63 persen publik lebih memilih caleg dibanding memilih partai politik hanya sebesar 5 persen. 

“Sedangkan yang memilih caleg sekaligus partai sebesar 32 persen . Artinya kandidat atau sosok caleg berperan penting sebagai street level politicians yang menampilkan perwajahan partainya sekaligus menentukan arah kemenangan,” ujar Yasril, Direktur Eksekutif Crown Indonesia, Kamis (4/4) kemarin. 

Berdasarkan survei ini, kata Yasril, dalam motif pilihan terhadap partai dan caleg partai, visi dan misi merupakan alasan tertinggi publik yakni sebesar 66 persen, disusul alasan history partai sebesar 20 persen. Kemudian alasan kedekatan emosional sebesar 12 persen dan politik uang hanya 2 persen. 

BACA JUGA:Jadi Kandidat Pertama Daftar, Budi Ajak Demokrat Berkoalisi di Pilwako

BACA JUGA:NasDem Solid Menangkan Kader di Pilwako, Rahman Kantongi 5 Calon Pendamping

“Artinya publik masih mempertimbangkan visi misi caleg dan partai dalam penentuan pilihan politiknya, disamping itu juga pertimbangan terhadap history dengan partai dan kedekatan emosional dengan calon juga memiliki pengaruh terhadap sikap politiknya meski tidak signifikan. Sementara alasan karena adanya pemberian uang atau materi lainnya tidak dominan,” sebutnya.

Disampin itu, perilaku pemilih yang menerima uang atau materi lainnya dalam pemilu 2024 hanya sebanyak 13 persen, sementara yang tidak menerima sebanyak 87 persen. Hal ini terkonfirmasi bahwa peran politik uang tidak begitu signifikan atau berpengaruh besar bagi keterpilihan kandidat atau caleg selain adanya factor ketertarikan dan kesukaaan terhadap visi misi, history serta kedekatan emosional. 

Di sisi lain publik tetap datang ke TPS dan ikut memilih meskipun tidak mendapatkan uang atau materi lainnya, yakni sebesar 97 persen. Sementara yang tidak memilih jika tidak mendapatkan uang atau materi lainya hanya sebesar 3 persen. 

Meski begitu, kata yasril, publik menghendaki partai politik harus dibenahi agar diminati dan dapat dipilih dalam pemilu yang akan datang. Persepsi ini sebesar 90 persen, sementara 10 persen tidak menginginkan itu.

“Sehingga kita simpulkan bahwa perbaikan dan pembenahan secara internal yang dilakukan oleh partai politik adalah sesuatu yang penting adanya sebagai upaya mendapatkan simpati publik,” sebutnya. 

BACA JUGA:Gerindra Punya Banyak Kader Potensial di Pilwako 2024

BACA JUGA:Noviar Zein Incar Kursi Walikota, Mulai Terbar Atribut Jelang Pilwako Sungai Penuh

Temuan lainnya yakni afiliasi caleg terhadap organisasi (ormas) keagamaan tertentu juga cukup berpengaruh dalam penentuan pilihan publik meskipun tidak signifikan yakni diangka sebesar 51 persen. Hal ini bisa menjadi factor penunjang dalam mendapatkan simpati publik. “Hanya saja yang tidak berpengaruh juga cukup besar sebanyak 49 persen,” katanya.  

Bagaimana dengan publik menilai penyelenggara Pemilu? Secara  mayoritas, kata Yasril, publik menilai penyelenggara pemilu baik KPU maupun Bawaslu masih menjaga netralitasnya dengan bersikap adil dan tidak memihak pada salah satu peserta pemilu.

Kategori :