Oleh: Bahren Nurdin
RAMADAN 1445 H tahun ini terasa begitu istimewa. Di tengah hiruk-pikuk pemilihan umum serentak 2024 yang barus saja usai digelar, kedatangan bulan suci penuh rahmat ini seakan menjadi angin segar penyejuk hati bangsa Indonesia.
Meski hasil pemilu belum final karena masih dalam proses di Mahkamah Konstitusi (MK), semangat Ramadhan dan momen Idul Fitri bisa menjadi perekat persatuan yang sempat terkikis akibat perbedaan pilihan politik.
Memang, tak bisa dipungkiri bahwa suasana panas pemilu telah sedikit banyak memicu gesekan di tengah masyarakat. Jagat maya khususnya, menjadi ladang subur bagi penyebaran narasi-narasi negatif yang dapat memecah belah.
Caci maki, ujaran kebencian, berita bohong, fitnah, dan hasutan perpecahan merajalela, terutama di media sosial. Debat-debat kusir yang sarat muatan emosional pun kerap terjadi hingga memancing perselisihan di antara sesama anak bangsa.
Kondisi ini sungguh memprihatinkan dan tak seharusnya berlanjut. Pasalnya, dampak pemilu yang merengggut persatuan justru akan merugikan kita semua. Bagaimana mungkin kita bisa maju dan bangkit dari berbagai persoalan bangsa, jika energi kita habis terbuang untuk berpecah belah!
Di sinilah arti penting Ramadhan dan momen Idul Fitri yang kita rayakan. Usai sebulan penuh melatih kesabaran melalui ibadah puasa serta menahan amarah dan kebencian, umat Muslim diharapkan mampu meninggalkan segala prasangka buruk.
Idul Fitri yang kita rayakan adalah momentum paling tepat bagi kita untuk saling memaafkan dan memulihkan tali persaudaraan yang sempat merenggang.
Sudah sepantasnya kita bersikap bijaksana dalam menyikapi perbedaan pilihan politik di pemilu. Biarlah perbedaan itu menjadi bagian dari berkahnya demokrasi yang harus kita hargai. Namun di atas semua itu, permusuhan dan perpecahan sudah seharusnya kita hapuskan tanpa ada alasan lagi yang bisa dipertahankan.
Sudah tiba saatnya kita sebagai anak bangsa yang terlahir dari bumi Nusantara ini untuk menyatukan kembali yang sempat retak dan memaafkan segala khilaf serta kesalahan di masa lalu.
Karena sejatinya, permusuhan hanya akan berujung pada kehancuran. Baik itu kehancuran dalam skala kecil seperti rusaknya hubungan persaudaraan, maupun kehancuran dalam skala besar yakni rusaknya sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Semua itu tentu tak akan kita inginkan sama sekali.
Pemilu 2024 kini telah usai digelar. Ramadhan penuh berkah pun telah berlalu. Momentum Idul Fitri yang kita rayakan semestinya menjadi angin segar persatuan bangsa Indonesia. Sudah saatnya bendera persatuan kita kibarkan kembali.
Siapa pun nantinya yang akan memimpin negeri ini sebagai Presiden, sesungguhnya masyarakat Indonesia-lah pemenangnya, jika kita semua bersatu kembali.
Untuk itu, mari kita semua saling mohon maaf lahir dan batin atas segala khilaf dan kesalahan di masa lalu yang mungkin pernah terucap atau terlakukan. Mohon ampunan itu kita sampaikan dengan tulus kepada sesama anak bangsa, tanpa kecuali. Karena hanya dengan pemaafan, persatuan dan persaudaraan kita bisa kembali utuh menjelma menjadi satu kekuatan untuk menapaki kemajuan.
Selamat merayakan Idul Fitri 1445 H. Semoga Idul Fitri kali ini benar-benar membawa kedamaian, persatuan, dan kemajuan bagi kita semua sebagai bangsa Indonesia. Mohon maaf lahir dan batin. (Pengamat Sosial dan Kebijakan Publik)