Puisi Otak
Samar-samar puisimu membuatku meradang, saat kau
mulai menjalar di lidah-lidah otakku, menusuk kalbu
otakku yang beku, menyelimuti otak dari kedinginan
terik matahari. Otak mendengus tersenyum pada
kejamnya tulang rawan. Tanganmu menampar angin,
ada wajah yang mengabutkan pandangan menaruh
sepi dan duka. Tiada suara kasihan, tiada angin
mendingin hari tenggelam dalam malam.
Puisimu mencekik otakku agar membinasakan
pikiranku, Menusuk-nusuk tubuhku, dikelilingi
olah kata-kata yang tumpul yang membakar diri
Kategori :