di lidah otakku
Kau membuka tirai menampilkan reruntuhan
yang bisa kau sentuh, memakan bangkai bau amis
tersebai, melempar api ke udara panas matahari
makin menggila.
Kau tertidur dalam api yang menyala, lalu
pergiku dengan langkah tertusuk api puisi yang
kau bakar. Kau mengirimku tajamnya pesan.
Puisimu menarik kaki otak melarangku untuk
pergi mengapai mimpi
Dan menusuk otakku lagi menajamkan pahatan
Mimpi yang berlawanan.
Kategori :