Salah seorang warga Tagulandang, Anex Tatulus, mengaku mengungsi ke rumah keluarga di Manado sejak erupsi Gunung Ruang yang kedua kalinya pada Selasa (30/4) dini hari sekitar pukul 02.35 WITA.
"Pada erupsi pertama Gunung Ruang, kami mengungsi ke Manado beserta keluarga. Selang seminggu kami menerima informasi kondisi gunung sudah mereda meski masih kelihatan asap menyembur keluar, sehingga kami balik ke Tagulandang," ujarnya.
Tujuan kembali ke pulau Tagulandang, menurut pria paruh baya itu, guna melihat kondisi rumah yang sudah rusak dan melakukan pembersihan.
Tapi, tiba-tiba Gunung Ruang erupsi kedua kalinya pada 30 April dini hari, Semburan vulkanik lebih besar dari erupsi pertama, hanya saja sudah tidak memuntahkan batu-batu melainkan abu vulkanik yang cepat menyebar.
"Abu gunung begitu banyak dan tebal dimuntahkan ke pemukiman. Melihat kondisi yang kurang baik, kami pun dibawa tim SAR kembali ke Manado dengan KN SAR Bima Sena," ucapnya lagi.
Gunung Ruang erupsi yang pertama 17 April dan erupsi kedua 30 April. Basarnas terus bekerja melakukan penyelamatan bagi warga terdampak di seluruh pulau itu. Evakuasi dilakukan setiap hari bagi masyarakat yang terdampak erupsi.
Kabagops Kantor SAR Manado Jendry Paendong di Pelabuhan Tagulandang mengemukakan bahwa evakuasi warga ke Pulau Siau dan Kota Manado tetap memperhatikan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan, termasuk kondisi kapal.
Tim SAR akan selalu siaga untuk melakukan evakuasi menggunakan KN SAR Bima Sena serta berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sitaro. Sebab, berapa banyak warga yang akan dievakuasi ke kedua tempat tersebut, masih perlu divalidasi.
Setelah KN SAR Bima Sena sandar di Pelabuhan Tagulandang, Tim SAR memindahkan logistik yang dibawa ke posko induk Apengsala.
Tidak Ada Korban Jiwa
Pascaerupsi pertama dan kedua Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemda sejauh ini memastikan tidak ada korban jiwa maupun korban luka-luka.
“Sampai Selasa (30/4) sore pukul 15.55 WIB tidak ada laporan korban jiwa atau luka-luka akibat erupsi fase ke dua itu,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.
Erupsi fase kedua Gunung Ruang lebih besar dibandingkan dengan aktivitas yang dua pekan sebelumnya. Hal itu dibuktikan setelah posko tanggap darurat di Desa Apengsala, Tagulandang, yang berjarak tujuh kilometer di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB) juga terdampak oleh material vulkanik berupa abu dan bebatuan kerikil.
Namun begitu, dengan tingginya kesiapsiagaan masyarakat atas pengalaman sebelumnya dan masifnya upaya penanggulangan di wilayah terdampak, maka korban jiwa maupun luka-luka bisa dihindarkan.
BNPB memastikan upaya penanganan darurat pada dua wilayah yang paling terdampak akibat erupsi Gunung Ruang yakni Pulau Ruang dan Tagulandang yang berada di radius tujuh kilometer, mendapat perhatian serius.
Tim BNPB mengkonfirmasi , dua desa di Pulau Ruang, Sitaro, sudah dalam keadaan kosong. Tapi, untuk wilayah Tagulandang proses evakuasi masih berlangsung, karena beberapa warga yang sebelumnya mengungsi, sudah terlanjur kembali.