Masyarakat Dilarang Tangkap Ikan Sampai Sasi Dibuka

Rabu 12 Jun 2024 - 20:31 WIB
Editor : Jurnal

Saat tutup sasi, masyarakat di Pulau Lemon harus mencari ikan lebih jauh dari biasanya. Namun hal itu wajar karena jika tidak ada sasi sama sekali maka ikan-ikan akan benar-benar habis sehingga nelayan justru makin susah mendapatkan ikan.

Menolak Sasi

Pemilik hak ulayat Pulau Lemon Joel Rumbobiar menyebut sebagian besar masyarakat di Pulau Lemon, termasuk dirinya, bermata pencarian sebagai nelayan.

Dengan diberlakukan-nya pembukaan sasi, nelayan terpaksa melaut bermil-mil jauhnya sampai ke wilayah perairan kabupaten tetangga seperti Oransbari, Manokwari Selatan, bahkan hingga ke Numfor, Provinsi Papua.

Selain dilarang menangkap ikan di kawasan sasi, nelayan juga diharamkan menangkap ikan dengan cara-cara tidak ramah lingkungan seperti menggunakan bom, potasium, ataupun merusak karang dengan menggunakan linggis.

“Awalnya sebagian masyarakat Pulau Lemon ini menolak Sasi, tapi setelah kami lakukan komunikasi akhirnya masyarakat setuju bahkan berkomitmen meneruskan sasi pada tahun-tahun mendatang,” katanya.

Sasi selain sebagai upaya konservasi laut juga sekaligus upaya mendatangkan wisatawan. Dengan keberadaan ikan yang berlimpah di sekitar Pulau Lemon, hal itu diyakini dapat menarik minat para penyelam untuk menjelajahi keindahan alam bawah laut di kawasan itu.

Setelah penutupan dan pembukaan sasi yang pertama ini, masyarakat juga disadarkan bahwa ternyata kelangsungan hidup ekosistem bawah laut di Pulau Lemon merupakan harta tak ternilai yang harus dijaga.

Keterlibatan Gereja

Koordinator Urusan Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) GKI Bahtera Utrecht Pulau Nusmapi Yoseph Raubaba mengatakan sasi digagas pihak GKI Bahtera Utrecht dengan didampingi sejumlah LSM seperti Kawal Papua Barat, Ecodefender, Econusa, serta Ketapang Dive Community.

Dari 48,830 hektare luas kawasan laut di pesisir Pulau Lemon yang masuk kawasan sasi, 10,564 hektare di antaranya mencakup terumbu karang dan 37,866 hektare meliputi laut pesisir Pulau Lemon.

Dahulu, warga Pulau Nusmapi atau Pulau Lemon memandang Sasi sebagai upacara adat dengan peran roh leluhur membantu agar biota laut bertambah banyak.

Namun, kini makna sasi bagi warga Pulau Nusmapi lebih luas, yakni sebagai bentuk ucapan syukur dan merawat ciptaan Tuhan.

“Salah satunya hasil ikan itu untuk membantu proses penerimaan dalam jemaat. Apa yang Tuhan punya kita kembalikan ke Tuhan,” tuturnya.

Kepala Distrik Manokwari Timur Amos Andries Rumsayor mewakili Pemkab Manokwari menyatakan Pemerintah mendukung tradisi sasi yang diselenggarakan di Pulau Lemon.

Habitat laut yang selama ini tidak terjaga baik dapat pulih setelah adanya sasi karena selama 1 tahun tidak ada aktivitas eksploitasi laut di wilayah tersebut.

Kategori :

Terkait