Ada Jembatan Merah, Banyak Menyimpan Cerita Sejarah

Rabu 10 Jul 2024 - 21:20 WIB
Editor : Jurnal

Aura Nasionalisme di Balik Revitalisasi Kota Lama Surabaya

SEBAGAI salah satu tujuan wisata favorit di Jawa Timur, kawasan Kota Lama itu disebut sebagai kawasan yang punya ciri khas masing-masing. Seperti apa?

 

MANTAN Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memiliki kepedulian yang sama di bidang infrastruktur, namun keduanya berbeda dalam sentuhan.

Risma fokus pada akses jalan untuk memperlancar lalu lintas, box culvert untuk antisipasi genangan air di musim hujan, menambah ruang terbuka hijau (RTH) dengan taman-taman bunga, dan sebagainya.

Yang keren, pembangunan infrastruktur era  Risma adalah pembangunan Frontage Road (FR) Ahmad Yani sisi barat pada 2012 -- 2016, yang berlanjut hingga FR Wonokromo sepanjang sekitar 1,2 kilometer hingga tuntas pada 2019.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pun membangun infrastruktur, namun lebih fokus pada infrastruktur Kota Lama di kawasan wisata di Surabaya Utara, yakni tiga zona: Arab, China, dan Eropa.

Ibarat laboratorium arsitektur dunia, arsitektur bernuansa Kolonial dan Eropa serta negara-negara timur, membentang mulai Jalan Kembang Jepun atau sisi sisi timur hingga sisi barat di Jalan Rajawali.

Tepat di antara dua lokasi itu terdapat Jembatan Merah yang membentang melintasi Sungai Kalimas. Jembatan Merah adalah saksi peristiwa heroik Arek-arek Suroboyo ketika melawan pendudukan tentara Sekutu.

Pada sisi barat kawasan Kota Lama itu terdapat arsitektur peninggalan kolonial yang juga sarat sejarah. Di lokasi ini pernah terjadi pertempuran pejuang tanah air melawan Sekutu yang  menewaskan Jenderal AWS Mallaby.

Peristiwa mempertahankan kemerdekaan Indonesia mulai 19 Oktober 1945 sampai dengan 10 November 1945 tergambar secara heroik dalam dokumen bangunan arsitektur yang masih ada.

Pada sisi timur kawasan Kota Lama pun memiliki banyak bangunan bergaya arsitektur khas Tiongkok, India, dan Arab. Kalau zona China lebih bernuansa perdagangan, ekonomi, dan ekspor-impor, zona Eropa bernuansa pemerintahan, sedangkan zona Arab bernuansa pergerakan dan agama/religi.

Pada kawasan wisata religi ini ada masjid dan Makam Sunan Ampel. Tak hanya itu, ada pula Langgar Gipo berusia 307 tahun di Jalan Kalimas Udik I nomor 51 Surabaya. Masjid Ampel didirikan pada tahun 1421, sedangkan Langgar Gipo didirikan pada 1717 oleh Sagipoddin, kakek Hasan Gipo.

Langgar Gipo juga tak kalah heroik. Hidayat menyebut langgar atau surau itu menjadi tempat penggemblengan santri sebelum berangkat melawan penjajah. Juga, menjadi markas para ulama memutuskan strategi perang melawan penjajah.

Selain itu, surau dua lantai seluas 209 meter persegi ini juga menjadi saksi sejarah pergerakan Ketua Umum pertama PBNU, H. Hasan Basri Sagipoddin atau H. Hasan Gipo.

Kategori :