Bangunan kedua adalah Istana Merah yang menjadi lokasi ibadah dan studi agama Buddha. Ribuan peziarah kerap mendatangi lokasi tersebut untuk memanjatkan doa.
Di Istana Merah juga tersimpan patung Buddha terbesar yang ada di Istana Potala. Selain itu ada juga lebih dari 3.700 patung Buddha dengan usia paling tua berasal dari 1.600 tahun lalu dan yang terkecil seukuran lidah manusia. Kekayaan lain adalah 10.000 lukisan, 698 mural, ratusan naskah Buddha, serta harta benda termasuk stupa-stupa emas tempat peristirahatan terakhir delapan Dalai Lama.
Misalnya, Dalai Lama kelima diabadikan dalam stupa di bagian barat Istana Merah. Stupa ini setinggi lima lantai dilapisi dengan emas hingga 3.000 kilogram dan bertatahkan batu semi-mulia dalam jumlah besar.
Lukisan mural yang menutupi dinding istana juga tersebar guna menggambarkan kehidupan keagamaan dan kisah sejarah.
Namun, sejak pemberontakan pada 1959, Dalai Lama Ke-14 atau Tensin Gyatso melarikan diri ke Dharmasala, India, sehingga Istana Potala tidak lagi menjadi tempat tinggal Dalai Lama. Saat ini pemerintah China menjadikan Istana Potala sebagai museum negara dan tetap menjadi situs ziarah penting.
Untuk menjaga konstruksi bangunan, pemerintah hanya membolehkan 7.000 turis datang setiap harinya selama 11 jam waktu operasional istana.
Ruang-ruang di Istana Potala juga cenderung temaram dengan lampu memancarkan terang kuning sophia atau hanya diterangi cahaya lilin dari lemak yak yang dibakar. Bau dupa yang dibakar di sejumlah sudut ruangan juga makin mengesankan sisi magis Istana Potala.
Biara-biara di Lhasa
Di Lhasa, atau berarti "Tanah Suci" atau "Tempat Para Dewa" dalam bahasa Tibet, Istana Potala bukanlah menjadi satu-satunya bangunan suci yang menarik untuk dikunjungi.
Dengan sejarah panjang lebih dari 1.300 tahun, Lhasa memiliki banyak tempat wisata budaya termasuk Istana Potala, Kuil Jokhang, Biara Sera, hingga Danau Namco.
Keberadaan biara-biara tersebut tidak bisa lepas dari perkembangan agama Buddha Tibet.
Agama Buddha datang ke Tibet dari China tengah, India, dan Nepal pada abad ke-7. Untuk bertahan dan berkembang, agama Buddha mengambil bentuk dan tradisi kepercayaan Bon (kepercayaan lokal) sehingga berkembang menjadi apa yang dikenal sebagai "Buddhisme Tibet" di wilayah Tibet, India, Siberia Selatan, dan Mongolia.
Pada 617-649 Masehi, Kaisar Songtsen Gampo menaklukkan Zhangzhung, kerajaan di barat Tibet tempat aliran Bon berasal. Sesuai kebiasaan saat itu, untuk membuat persekutuan dengan kerajaan lain, maka dilakukan perkawinan sehingga Songtsen Gampo menikah dengan perempuan dari China, Nepal, dan Zhangzhung. Tiap istri membawa ajaran agama masing-masing, termasuk Buddha dari China dan Nepal.
Songtsen Gampo juga mendirikan 13 kuil Buddha di tempat-tempat yang dipilih khusus karena kepercayaan bahwa wilayah Tibet saat itu adalah iblis perempuan dengan posisi telentang sehingga lokasi-lokasi candi dipilih untuk melenyapkan roh-roh jahat yang dapat mengancam kekuasaan Songtsen-gampo.
Buddhisme Tibet memiliki empat aliran besar yaitu Gelug (berkembang pada 1409), Kagyu (abad ke-11), Sakya (mulai pada 1073), dan Nyingma (sekitar abad ke-8). Ajaran ini juga percaya adanya reinkarnasi Buddha hidup. Hingga 2023, terdapat 93 reinkarnasi Buddha hidup baru telah disetujui pemerintah pusat China.
Salah satu kuil Buddha terbesar terletak di Kota Lhasa atau yang pada masa kuno adalah "Rasa" (Ra-sa, tempat domba-domba).