Yang Lahong menyebut Xizang ingin dikenal sebagai daerah dengan interaksi masyarakatnya yang guyup, basis energi bersih, peradaban kuno dan kehidupan sosialnya yang harmonis.
Misteri Xizang
Namun tak dapat disangkal Xizang atau Tibet tetap menghadirkan tanda tanya dengan misterinya.
Salah satu pertanyaan yang muncul misalnya mengapa pemerintah setempat memilih kata "Xizang" dan bukan "Tibet" untuk merujuk wilayah administratif seluas 1,2 juta kilometer persegi tersebut.
Dari sejumlah literatur disebutkan bahwa asal-usul kata "Xizang" adalah "Xi" dalam bahasa Mandarin yang berarti Barat dan "Dbus-Gtsang" yang merujuk pada wilayah inti Kerajaan Tubo yang berdiri dari abad ke-7 hingga ke-9 di kawasan itu.
"Dbus" berarti "bagian tengah" dalam bahasa Tibet yang mengacu pada wilayah di sekitar Lhasa saat ini sedangkan "Gtsang" berarti "tepian hulu Sungai Yarlung Zangbo". Kedua wilayah tersebut merupakan bagian utama Daerah Otonomi Xizang.
"Dbus-Tsang" pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin sebagai "Weizang", sebelum secara bertahap berubah menjadi "Xizang" sejak pertengahan abad ke-16 khususnya pada masa Dinasti Qing.
Daerah Otonom Xizang juga memiliki luas hutan yang mencapai 179,8 ribu kilometer persegi sedangkan luas padang rumputnya seluas sekitar 119 ribu kilometer persegi.
Xizang terletak di ketinggian rata-rata lebih dari 4.000 meter sehingga sering disebut "Atap Dunia" dan "Tanah Murni Terakhir di Bumi". Terdapat lebih dari 50 puncak yang tingginya lebih dari 7.000 meter, dan 11 diantaranya memiliki ketinggian lebih dari 8.000 meter.
Meski wilayahnya luas, Xizang memiliki populasi terkecil di antara seluruh provinsi di China yaitu sebanyak 3,65 juta jiwa (2023) yang mendiami 7 prefektur (kota), 74 kabupaten dan 714 distrik (setingkat kecamatan).
Terdapat lebih dari 50 suku di wilayah ini termasuk suku Tibet, Han, Hui, Menba, Looba, Naxi, Nu dan Dulong. Dataran tinggi juga menjadi rumah bagi komunitas kecil Deng dan Sherpa.
Dengan kondisi alam tersebut, data pemerintah setempat menyebut Xizang memiliki pohon tertinggi di China yaitu 83,2 meter di Kabupaten Chayu, Kota Linzhi.
Selain itu, terdapat banyak hewan yang dilindungi seperti macan tutul salju, yak liar, antelop Tibet, bangau leher hitam dan monyet hidung pesek emas Yunnan. Bahkan rusa Xizang, yang pernah dianggap punah, kini telah ditemukan jumlahnya mencapai lebih dari 800 ekor. Spesies hewan liar baru seperti kera pipi putih dan tumbuhan liar baru, Geelong Bulbophyllum, juga ditemukan di kawasan itu.
Bagi turis (maupun jurnalis) dari luar China yang ingin mengunjungi Xijang, pun harus mengantongi surat undangan dari otoritas setempat alias tidak bisa sembarangan datang ke Xizang. Mungkin kebijakan itulah yang juga membuat Xizang tetap menjadi kawasan misterius, khususnya bagi orang asing. (ant)