Selain yak berlalu lalang, kadang di bibir tebing tergantung bendera doa berisi mantra sehingga menambah kesan magis.
Bendera doa yang tergantung baik horizontal maupun vertikal itu terbagi menjadi lima warna berbeda yang mewakili elemen dan energi berbeda-beda.
Warna biru melambangkan langit dan luar angkasa; putih melambangkan angin, awan dan udara; merah menyimbolkan api; hijau melambangkan air dan kuning melambangkan bumi. Dengan kelimanya tergantung maka melambangkan keseimbangan dan harmoni alam.
Forum Trans-Himalaya
Distrik Lulang pada 3-5 Juli 2024 menjadi tuan rumah Forum Xizang Trans-Himalaya Untuk Kerja Sama Internasional ke-4 dengan tema "Mempromosikan Harmoni Manusia dan Alam, Berbagi Hasil Kerja sama dan Pembangunan" yang dihadiri dari 20 negara dan wilayah.
Delegasi luar negeri yang hadir berasal dari negara tetangga Tibet yaitu India, Bhutan, Nepal dan Myanmar. Selain itu hadir juga delegasi dari Afghanistan, Sri Langka, Chili, Korea Selatan, Bolivia, Korea Selatan, Afghanistan dan sejumlah duta besar negara lain.
Forum tersebut pertama kali dimulai pada 2018 dengan tujuan memperkuat kerja sama demi melindungi Xizang atau Tibet sebagai "Atap Dunia" sekaligus menjaga bumi sebagai rumah bagi semua orang.
"Xizang mempertahankan kualitas udara yang sangat baik hingga 99 persen, sedangkan sungai dan danau di Xizang juga memenuhi atau melampaui standar kualitas air Kelas III, dan telah mencapai netralitas karbon lebih cepat dari jadwal, menjadikannya Xizang sebagai salah satu lingkungan ekologi terbaik di dunia," kata Sekretaris Komite Daerah Otonomi Xizang Partai Komunis China Wang Junzheng dalam sambutannya.
Sedangkan Wakil Ketua Komite Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China ke-14 --badan penasihat politik utama di China--
Qin Boyong mengatakan kerja sama internasional telah dilakukan untuk meningkatkan tata kelola lingkungan sekaligus mendorong pembangunan ramah lingkungan.
Namun untuk menjaga keberlangsungan alam, pakar ekowisata asal Malaysia yang juga mantan Sekretaris Dewan Pacific Asia Travel Association (PATA) Anthony Wong dalam acara tersebut mengatakan pemerintah harus tetap menggerakkan ekonomi masyarakat lokal.
"Sekitar 50 tahun yang lalu orang-orang menertawakan saya, kenapa saya pergi ke hutan untuk berwisata? Tapi saat ini makin banyak masyarakat yang tertarik dengan ekowisata, wisata alam karena sesungguhnya pemerintah juga tidak bisa membiayai seluruh ongkos untuk menjaga kawasan alam yang dibuka untuk turis," kata Anthony yang berperan penting untuk membuka taman nasional Taman Negara di Malaysia.
Menurut Anthony, turis menginginkan atraksi khas saat datang ke tempat wisata dan kekhasan itu hanya didapat berasal dari kemitraan dengan masyarakat lokal.
"Ekowisata selalu berdasarkan komunitas, masyarakat harus diedukasi mengenai ekowisata dan bagaimana bukan hanya menjual wisata tapi cerita di balik itu, artinya harus disediakan pemandu wisata yang bagus juga," ungkap Anthony.
Dengan masukan tersebut, Deputi Direktur Jenderal Kantor Urusan Luar Negeri Daerah Otonomi Xizang Yang Lahong, mengatakan bahwa Xizang sesungguhnya tidak ingin dikenal hanya dengan sisi "misteriusnya".
"Beberapa film mungkin menunjukkan Tibet sebagai kawasan yang jauh, tak terjangkau dan misterius, namun sebenarnya kami ingin dikenal lebih dari itu," kata Yang Lahong.