Melihat Tibet, Konservatori Alam Dengan Ragam Misterinya
Tak ada yang tak istimewa saat pertama kali menginjakkan kaki di Linzhi atau disebut juga Nyingchi, kota di ketinggian 3.100 meter di atas permukaan laut (dpl) yang masuk dalam wilayah administratif Daerah Otonom Xizang atau Tibet.
---
BARISAN gunung diselingi dengan tebing tinggi namun tertutup pepohonan, menampilkan hamparan pemandangan hijau berbagai spektrum sehingga menghadirkan suasana santai, rileks, dan tenang. Kehijauan tersebut dapat menimbulkan efek memperlambat metabolisme tubuh maupun pikiran.
Padahal pada masa kuno, Linzhi disebut "GGongbu" atau dalam dialek Xizang berarti "Tahta Matahari" karena titik tertingginya dapat mencapai 7.000 meter dpl.
Meski saat pertama merasa takjub dan bahagia berada di Linzhi, namun ketika mobil yang membawa beberapa jurnalis melaju menuju distrik Lulang yang berada di ketinggian 3.700 meter dpl, maka mulai muncul sakit kepala ditambah jantung berdebar.
BACA JUGA:Siswa SDN 212 Sumringah Pada Hari Pertama Masuk Sekolah di Gedung Sendiri
BACA JUGA:Sri Warning ASN Terlibat Judol dan Pinjol
Memang bagi mereka yang baru pertama kali di atas ketinggian ekstrem akan mengalami high altitude illness (HAI) yang ditandai dengan gejala sakit kepala, sesak napas, jantung berdebar, mual, muntah hingga pingsan.
Untuk mengatasinya, setiap orang yang baru pertama kali menjejakkan kaki di Tibet harus bergerak perlahan, berjalan santai, melakukan berbagai hal mulai dari makan, bicara bahkan tertawa dengan tempo lambat.
Saran lain adalah makan makanan yang mengandung karbohidrat maupun makanan yang mudah dicerna seperti buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin serta minum air putih yang cukup agar tetap terhindrasi. Tidak disarankan untuk mandi pada hari pertama tiba untuk menghindari dari kedinginan.
Berpikir positif dan tidak terlalu khawatir juga penting untuk menjaga kesehatan fisik, bergembiralah karena punya kesempatan untuk merasakan "atap dunia".
Namun bila tidak tertahankan lagi, tak perlu malu untuk meminta tabung oksigen medis maupun personal "oxygan spray" atau oksigen semprotan yang berada di mobil. Bahkan seorang jurnalis asal Kuba sempat pingsan beberapa menit di toilet umum di tempat peristirahatan sebelum rombongan tiba ke Lulang.
Ketika sudah terbiasa dengan tekanan udara di "atap dunia" tersebut, sesungguhnya pengunjung dapat menikmati kualitas 99 persen udara bersih karena Indeks Kualitas Udara (AQI) berkisar 6-8, sangat berbeda dengan AQI di Beijing yang berkisar 125-132.
Apalagi ditambah hiburan di kiri kanan jalan saat beberapa yak --sejenis bison berkulit hitam atau cokelat yang banyak dijumpai di dataran tinggi Tibet dan sekitar Pegunungan Himalaya. Badannya lebih berisi dibanding kerbau, bertanduk, dan bulunya lebih tebal. Oleh penduduk sekitar yak dapat dimakan dagingnya meski agak alot namun susunya bisa diolah menjadi mentega maupun lilin.