JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky mengatakan inflasi umum terus melambat menjadi 2,51 persen secara year on year (yoy) pada Juni 2024, dari 2,84 persen (yoy) pada Mei 2024.
"Penurunan inflasi umum terutama disebabkan oleh penurunan harga pangan setelah musim panen dan periode permintaan yang rendah setelah perayaan Idul Fitri di bulan April," kata Riefky, di Jakarta, Selasa.
Enam bulan memasuki tahun 2024, inflasi umum melambat menjadi 2,51 persen (yoy) pada Juni 2024, turun dari 2,84 persen (yoy) pada Mei 2024. Hal itu menandai tingkat inflasi umum terendah dalam sembilan bulan terakhir dan berada di tengah kisaran target BI sebesar 1,5 persen hingga 3,5 persen.
Secara bulanan, inflasi umum mencatat deflasi kedua kalinya di tahun 2024, dengan deflasi yang lebih dalam sebesar 0,08 persen month to month (mtm) di bulan Juni 2024 dibandingkan dengan 0,03 persen (mtm) di bulan Mei 2024.
BACA JUGA:Kesadaran Warga Kabupaten Batanghari Menggunakan IKD Sangat Rendah
BACA JUGA:Xherdan Shaqiri Umumkan Pensiun
Serupa dengan angka tahunan, kontributor terbesar deflasi bulanan Juni adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang menunjukkan deflasi sebesar 0,49 persen (mtm), berkontribusi 0,14 persen terhadap deflasi Juni secara keseluruhan.
Penurunan inflasi tahunan dan deflasi bulanan yang lebih dalam didorong oleh penurunan harga bawang merah, tomat, dan daging ayam ras. Penurunan harga itu disebabkan oleh peningkatan pasokan akibat musim panen dan penurunan harga pakan ayam, yang menyebabkan penurunan harga daging ayam ras.
Ke depan, selain tekanan inflasi impor akibat pelemahan rupiah dan antisipasi dampak musim La Nina, tekanan inflasi yang paling besar di bulan Juli 2024 diperkirakan berasal dari kenaikan musiman belanja pendidikan karena dimulainya tahun ajaran baru.
Lebih lanjut Riefky menuturkan komponen harga yang diatur pemerintah mencatat inflasi tahunan sebesar 1,68 persen (yoy) pada Juni 2024, meningkat dari 1,52 persen (yoy) pada Mei 2024.
Kontributor utama inflasi harga yang diatur pemerintah adalah sigaret kretek mesin, karena produsen membebankan cukai yang lebih tinggi pada produk tembakau kepada konsumen dan harga tiket pesawat yang meningkat selama mobilitas yang meningkat selama periode Idul Adha.
Inflasi inti pada Juni 2024 dilaporkan sebesar 1,90 persen (yoy), sedikit menurun dari 1,93 persen (yoy) pada Mei 2024, menandai berakhirnya tren kenaikan yang diamati sejak Februari 2024.
Inflasi inti tetap terkendali, karena ekspektasi inflasi yang stabil selama libur Idul Adha. Kontributor utama inflasi inti bulan Juni adalah perhiasan emas dan harga kopi bubuk.
Harga emas telah mengalami kenaikan yang signifikan di tahun ini karena para investor beralih ke aset-aset safe haven, didorong oleh ekspektasi seputar potensi penurunan suku bunga The Fed, ketidakpastian geopolitik, dan pembelian emas oleh sebagian besar bank-bank sentral.
Sedangkan, harga kopi bubuk meningkat karena penurunan produksi kopi, yang telah terpengaruh oleh perubahan iklim. (ant)