Dulu Dianggap Limbah, Kini Jadi Energi Alternatif
INSTALASI PLTS: Petugas KSU Nugraha Jaya saat menunjukkan instalasi PLTS-Biogas di Kuningan, Jawa Barat. FOTO: ANTARA/FATHNUR ROHMAN --
“Berawal dari situ kami membuat usulan kegiatan untuk pembuatan sistem yang bisa mengolah limbah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Kami usulkan, baru disetujui untuk program pada tahun 2019,” kata Rahmat Romadhon, Ketua Pelaksana Program Hibah Sistem PLTS-Biogas ITB.
Dosen pada Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknik Industri (FTI) ITB ini menyampaikan, setelah usulan disetujui, proyek tersebut dimulai dengan membangun reaktor biogas yang dibagi menjadi dua reaktor, masing-masing berkapasitas 50 meter kubik.
Salah satu keunggulan dari sistem ini terletak pada efisiensinya dalam menghasilkan energi. Dengan produksi biogas sekitar 14--15 meter kubik per hari dari feses sapi, cukup untuk memanaskan air, menghasilkan listrik, serta memenuhi kebutuhan operasional lainnya di peternakan.
"Dari biogas yang dihasilkan, kami dapat memenuhi kebutuhan energi untuk pemanas air sekitar 2 meter kubik. Kalau mau mengonversi jadi listrik, produksi yang ada di situ sekitar 25 kWh sampai 30 kWh,” kata Rahmat.
Sistem ini tidak hanya menghasilkan biogas, tetapi juga mengolah sisa limbah. Instalasi reaktor tersebut dirancang untuk mencegah pencemaran dan memaksimalkan manfaat dari setiap proses.
Selain menghilangkan limbah, fasilitas ini mampu menghasilkan pupuk cair serta padat yang digunakan untuk menyuburkan tanah.
Pupuk cair yang dihasilkan sekitar 1 kubik per hari, sementara endapannya mencapai 1 ton per minggu, yang kemudian dapat digunakan oleh peternak maupun penduduk setempat.
Namun demikian, proyek ini menghadapi kendala saat pandemi COVID-19 melanda, yang menyebabkan terhentinya beberapa bagian dari instalasi sistem tersebut.
Baru pada tahun 2022, proyek ini dilanjutkan dengan pemasangan PLTS berkapasitas 15 kWh. Pembangkit ini mampu memenuhi kebutuhan listrik dari peternakan dan mendukung proses operasional.
Tahun 2023 membawa perkembangan lebih lanjut dengan pemasangan PLTS kedua dengan kapasitas 41 kWh, yang mendukung kebutuhan energi untuk pabrik pakan ternak di koperasi tersebut.
Kedua PLTS ini dirancang dengan sistem yang terpisah. PLTS yang berkapasitas 15 kWh menggunakan skema on grid sehingga masih terhubung dengan jaringan listrik PLN.
Sementara PLTS yang berkapasitas 41 kWh, dirancang dengan skema off grid, yang berarti tidak terhubung dengan instalasi listrik PLN.
Dengan kapasitas total 56 kWh, sistem ini mampu menutupi kebutuhan energi secara menyeluruh, bahkan mengurangi ketergantungan terhadap energi dari listrik negara.
Inovasi ini bukan hanya mengubah cara pengelolaan limbah di Kuningan, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang keberlanjutan dan efisiensi dalam penggunaan energi terbarukan.
Pengelolaan limbah peternakan ini tidak hanya menerapkan zero waste, tetapi sudah bergerak menuju sustainable dairy farming.