Ketindihan Saat Tidur Bukan Disebabkan Faktor Mistis

Ilustrasi seorang jamaah tidur saat menunggu shalat Ashar di Masjid Istiqlal--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dokter spesialis neurologi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, dr. Rizka Ibonita, Sp.N, menjelaskan bahwa ketindihan saat tidur bukan disebabkan oleh faktor mistis, melainkan kondisi medis yang dikenal sebagai sleep paralysis.
Menurut Rizka, kondisi ini terjadi saat seseorang berada di fase mata bergerak cepat atau REM (Rapid Eye Movement).

Pada fase ini, sistem saraf secara otomatis mencegah otot-otot berkontraksi untuk melindungi tubuh dari gerakan yang tidak diinginkan saat tidur.

BACA JUGA:WHO Rekomendasikan Vaksinasi Terarah untuk Cegah Penyebaran Mpox

BACA JUGA:Manfaat Kesehatan Buah Apel, Pilih Apel Rockit untuk Kesehatan Optimal
“Ketika seseorang mengalami sleep paralysis, ia bisa terbangun sebelum fase REM selesai. Akibatnya, otak belum mengirimkan sinyal untuk membangunkan otot, sehingga tubuh tetap dalam keadaan lumpuh meski kesadaran sudah kembali,” jelas Rizka dalam diskusi daring yang digelar oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Rabu.
Rizka mengungkapkan bahwa kondisi ini sering kali menyebabkan panik pada penderitanya.

"Seseorang akan merasa sadar namun tubuhnya tidak bisa digerakkan. Hal ini biasanya disertai dengan halusinasi yang sering dipahami masyarakat sebagai gangguan mistis,” tambahnya.

BACA JUGA:Pentingnya Tes HIV, Masyarakat Disarankan Untuk Tes Minimal Sekali Seumur Hidup

BACA JUGA:Kemenkes Laporan 88 Kasus Cacar Monyet di Indonesia, Mayoritas Sembuh
Faktor penyebab sleep paralysis meliputi kelelahan, jam tidur yang tidak teratur, faktor genetik, dan stres tinggi. Rizka menekankan bahwa umumnya, kondisi ini bisa berlangsung hingga 20 menit jika terjadi di awal fase REM.
Untuk mengatasi sleep paralysis, Rizka menyarankan agar tetap tenang dan tidak melawan. Gerakkan perlahan mata atau jari-jari tangan dan kaki, serta atur pernapasan secara perlahan.

Bagi keluarga atau pasangan yang menyaksikan seseorang mengalami kondisi ini, disarankan untuk tidak panik dan membangunkan secara perlahan dengan merangsang bagian tangan orang tersebut.

BACA JUGA:Pentingnya Imunisasi Anak, Risiko Menunda Vaksinasi Menurut Dokter Spesialis

BACA JUGA:Meski Terlihat Sehat, Perokok Masih Rentan Terhadap Penyakit Serius
“Jangan menambah rasa panik dengan menggoyang-goyangkan tubuh, melainkan tenangkan orang yang mengalami sleep paralysis dengan lembut,” kata Rizka. (*)

Tag
Share