Bukan Sekadar Pekerjaan, Tapi Cara Keluarga Bertahan Hidup

NASABAH: Anis Susanti Tella, nasabah Bank Sampah Induk Bumi Lestari, di halaman rumahnya, Ambon.--

Setiap botol plastik yang dikumpulkan, setiap kaleng yang dia bersihkan, adalah peluh dari tekadnya untuk memberikan sesuatu yang lebih baik bagi keluarga.

Meskipun hidup di tengah tumpukan sampah mungkin tampak suram banyak orang, bagi Susanti tidak demikian. Baginya, setiap hari adalah kesempatan baru untuk menambah tabungan dan membangun masa depan.

Impian Susanti memang harus diwujudkan dengan tekad sekeras baja. Ia percaya bahwa dengan kerja keras, ia dapat merajut masa depan yang cerah dari setiap keping sampah yang dikumpulkan.

Susanti ingin mengubah kesulitan menjadi kekuatan demi membangun kehidupan yang lebih baik dari apa yang tampaknya tidak berguna. Sampah yang ia kumpulkan bukan hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga keluarganya.

Bank Sampah Induk Bumi Lestari Maluku berdiri sejak 2018 dengan dua bank sampah di Desa Batu Merah dan Desa Laha Ambon. Awal 2019, status bank sampah masih bank sampah unit (BSU), kemudian pada 2020 berubah menjadi bank sampah induk dengan 10 bank sampah unit yang tersebar di Kota Ambon. Lalu pada 2024 sudah ada 27 BSU di empat desa dengan jumlah 568 nasabah.

Pada 2019, bank sampah itu mulai mendapatkan pendampingan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Ambon. Setahun kemudian mendapatkan asistensi dari PT Pertamina DPPU Pattimura.

Bank Sampah Bumi Lestari Maluku merupakan komunitas yang bergerak dalam aksi pengurangan sampah dengan bentuk pengolahan sampah. Bank sampah ini menerima segala jenis sampah plastik, kertas, kaca, dan logam seperti aluminium, besi, tembaga, dan kuningan.

Standar operasional prosedur bank sampah induk ini tidak begitu sulit diikuti nasabah. Sampah yang telah dikumpulkan dan dipilah nasabah akan dijemput, ditimbang dan dibawa ke bank sampah, kemudian pemilihan detail, dipres, dan kemas baru dikirim ke industri.

Para nasabah akan mendapatkan buku tabungan dan hasil sampah dilaporkan ke dalam buku tabungan.

Bank sampah induk memang mempunyai program pemberdayaan masyarakat dengan pengelolaan limbah/sampah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

“Kami tidak ingin bank sampah induk mati suri karena hanya melakukan fungsi memilah, menerima, dan menjual sampah anorganik saja, padahal tugas bank sampah ini kompleks. Ada sosialisasi dan edukasinya. Dari situlah kami selalu membuat inovasi-inovasi baru,” kata Direktur Bank Sampah Induk Bumi Lestari Listiyah Tuharea, 46 tahun.

Namun, keberlanjutan bank sampah tidak hanya bergantung pada teknologi dan manajemen, tetapi juga dukungan berkelanjutan dari masyarakat dan Pemerintah.

Oleh karena itu, bank sampah terus berupaya memperluas jangkauan, meningkatkan efisiensi operasional, dan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak.

Mereka juga berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia untuk memastikan bahwa staf bank sampah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan operasional dengan benar.

Seiring berjalannya waktu, bank sampah berkembang menjadi model yang lebih besar dan terintegrasi dalam sistem pengelolaan sampah. Mereka berperan tidak hanya sebagai tempat pengumpulan dan pengolahan sampah, tetapi juga sebagai pusat edukasi dan inovasi lingkungan.

Tag
Share