Bukan Sekadar Pekerjaan, Tapi Cara Keluarga Bertahan Hidup
NASABAH: Anis Susanti Tella, nasabah Bank Sampah Induk Bumi Lestari, di halaman rumahnya, Ambon.--
Dengan pendekatan ini, bank sampah tidak hanya mengurangi volume sampah yang mencemari lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang benar.
Bank sampah induk selalu menerapkan sosialisasi dan edukasi serta pendampingan kepada masyarakat. Pengolahan sampah benar-benar diterapkan sehingga aksi dan pemanfaatannya dapat dirasakan langsung oleh warga itu sendiri.
Bank sampah--yang awalnya dianggap sebagai solusi sederhana untuk pengelolaan sampah-- kini menunjukkan potensi besar dalam menggerakkan ekonomi komunitas. Melalui program ini, sampah yang biasanya terabaikan kini menjadi sumber pendapatan yang bermakna.
Setiap bulan, bank sampah desa ini menerima ribuan kilogram sampah daur ulang dari warga. Sampah tersebut dipilah, dikumpulkan, dan dijual kepada mitra industri dari Surabaya.
Dari hasil penjualan ini, bank sampah memperoleh pendapatan yang bervariasi. Dalam hitungan bulanan, perputaran uang bisa mencapai puluhan juta rupiah. Setiap jenis sampah, mulai dari plastik, kertas, hingga logam, memiliki nilai jual yang berbeda, yang semuanya berkontribusi pada total pendapatan bulanan bank sampah.
“Bank sampah induk setiap 2 atau 3 bulan selalu mengirim kontainer dengan pendapatan Rp50 juta hingga Rp70 juta, kalau harganya lagi bagus. Kalau lagi tidak bagus, Rp30 juta hingga Rp45 juta,” ungkapnya.
Pendapatan tersebut tidak hanya digunakan untuk menjalankan operasional bank sampah, tetapi juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Sebagian dari keuntungan tersebut dibagikan kepada warga yang berpartisipasi dalam program ini, dalam bentuk insentif atau penghargaan.
Insentif tersebut tidak hanya memotivasi mereka untuk terus berpartisipasi, tetapi juga meningkatkan pendapatan tambahan mereka. Bank sampah induk biasanya mencairkan tabungan nasabah sesuai dengan kemauan mereka.
Ada yang 3 bulan sekali pencairan, ada yang 1 minggu sekali pencairan, bahkan ada yang per tahun atau menunggu hingga tabungannya makin banyak. Nasabah akan dibayar 50 persen dari hasil penjualan.
Lebih dari itu bank sampah induk sekarang telah bekerja sama dengan Pegadaian, yang mana hasil dari penjualan tabungan sampah nasabah, akan dikonversi ke Pegadaian dalam bentuk tabungan emas.
“Sudah 15 persen di nasabah yang penghasilannya dikonversi ke (emas) Pegadaian. Mereka adalah nasabah yang sudah tersosialisasi dan mereka mau,” katanya.
Ke depan, bank sampah induk akan bermitra dengan bank-bank konvensional agar pencairan kepada nasabah tidak manual lagi.
Perjalanan 6 tahun bank sampah di Kota Ambon membuktikan bahwa keberadaannya
bukan hanya menjadi solusi atas masalah lingkungan. Lebih dari, kiprahnya mampu menjadi sarana penting dalam meningkatkan ekonomi lokal.
Program ini menunjukkan bagaimana inovasi sederhana dapat membawa dampak positif yang luas, baik bagi lingkungan maupun masyarakat.