Bahagia Adalah Hak Semua Orang, Termasuk Para Penyintas Bencana
ANAK PENGUNGSI: Sejumlah anak-anak pengungsi sedang mengikuti permainan edukatif bersama penyuluh dari Kementerian Sosial RI di Posko Pengungsian Desa Konga, Kab. Flores Timur, NTT, Kamis (7/11/2024). --
Cerita Anak-anak Pengungsi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur
Aad sebuah anekdot yang mengungkapkan bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan "manisnya" orang timur saat sedang tersenyum.
ANEKDOT itu bukan isapan jempol belaka. Senyum manis orang timur itu bisa disaksikan saat mengunjungi berbagai posko pengungsian terpadu korban bencana letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Faldi (8), Abriel (10), dan Gervas (8), tiga serangkai asal Desa Nobokonga, Kecamatan Ilebura, Kabupaten Flores Timur menjadi contoh pengungsi yang bergembira, meski tengah diterpa bencana.
Mereka yang harus diungsikan ke posko pengungsian di Desa Konga, Kecamatan Titehena, Flores Timur, itu tetap bermain bersama dan tidak bersedih, meskipun mereka harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Di posko pengungsian, mereka mengaku bahwa diri mereka justru tetap bahagia. Sebab, mereka yang biasa bermain bertiga, kini berjumpa dengan ratusan anak lainnya dari desa yang berbeda-beda.
Sesekali, terdengar teriakan anak-anak yang menyanyikan beragam lagu anak dan daerah, sembari berbaris mengular membuat lingkaran, dengan meletakkan tangan ke punggung temannya yang lain.
"Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang". Masuk ke bait lagu berikutnya, tiba-tiba nyanyian dari pekerja sosial yang dihadirkan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) RI berhenti, di saat itu pula semua anak langsung jongkok.
"Faldi... Faldi...," kata anak-anak lainnya, yang ternyata pada kesempatan itu, Faldi terlambat untuk jongkok.
Tidak lama kemudian, permainan pun berganti. Kali ini, para pekerja sosial menawarkan hadiah berupa biskuit bagi anak-anak yang bisa menjawab pertanyaannya.
Faldi mengaku senang mengikuti kegiatan ini, sebab, dengan kondisi yang penuh keterbatasan di posko pengungsian, permainan merupakan salah satu hal yang bisa menjadi obat pelipur lara anak-anak yang menjadi penyintas bencana.
"Senang, karena banyak teman-teman. Kami di sini banyak bermain permainan, seperti catur orang, lompat tali, dan bercerita dengan boneka," celoteh Aldi, sembari tertawa, ketika diajak berbincang ANTARA.
Semua Berhak Bahagia