Guru dengan Pola Pikir Bertumbuh Tingkatkan Literasi Siswa

Ketua Tim Kerja Analisis dan Advokasi Kebijakan PSKP Kemendikdasmen Lukman Solihin.--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO–Ketua Tim Kerja Analisis dan Advokasi Kebijakan Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan (PSKP) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Lukman Solihin menekankan pentingnya guru yang memiliki pola pikir bertumbuh atau growth mindset dalam meningkatkan kecakapan literasi siswa. 

Menurut Lukman, berdasarkan hasil analisis terhadap asesmen nasional, guru yang memiliki keyakinan bahwa siswa dapat terus berkembang dan belajar lebih baik, mampu meningkatkan skor literasi siswa hingga 8,7 poin.

“Analisis kami terhadap hasil asesmen nasional menunjukkan bahwa guru yang memiliki growth mindset dan percaya bahwa siswanya bisa bertumbuh dan berkembang, dapat meningkatkan hasil asesmen nasional dalam literasi sebesar 8,7 poin,” kata Lukman dalam diskusi "Bangga Jadi Guru?" yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Guru Nasional di ANTARA Heritage Center, Jakarta.

Lukman menjelaskan lebih lanjut bahwa kualitas pengajaran yang adaptif, interaktif, dan memberikan umpan balik yang konstruktif serta disiplin positif memiliki pengaruh signifikan terhadap pencapaian hasil asesmen nasional siswa. Ia menekankan bahwa dengan pendekatan yang tepat dari guru, capaian belajar siswa dapat meningkat secara signifikan.

“Jika kualitas pengajaran guru baik, maka kualitas hasil belajar siswa akan meningkat. Artinya, jika pengajaran dilakukan dengan cara yang baik, maka tidak hanya peningkatan kemampuan literasi yang dapat dicapai, tetapi juga keterampilan siswa dalam berbagai bidang lain,” ujar Lukman.

Namun, berdasarkan analisis yang dilakukan Kemendikdasmen, Lukman mengungkapkan bahwa persentase sekolah yang menerapkan metode pembelajaran yang baik masih sangat rendah, dengan sekitar 88 persen sekolah yang metode pembelajarannya masih berada pada kategori kurang hingga sedang. 

“Metode pembelajaran yang baik masih sangat sedikit, hanya sekitar 11 persen guru yang sudah menerapkan metode pembelajaran yang optimal,” ujarnya.

Di sisi lain, Lukman menyebutkan bahwa dalam hal manajemen kelas, hanya sekitar 27 persen guru yang mampu mengelola kelas dengan baik. Meskipun demikian, ia memberikan apresiasi pada aspek dukungan psikologis yang diberikan guru kepada siswa, yang menurutnya cukup baik. 

"Dukungan psikologis dari guru terhadap siswa di Indonesia relatif baik. Ini mungkin ada kaitannya dengan budaya Indonesia yang sangat memperhatikan aspek 'ngemong' atau merawat siswa,” kata Lukman.

Lukman menyoroti bahwa Kemendikdasmen telah berupaya untuk meningkatkan kualitas guru melalui berbagai program, termasuk pengadaan dan rekrutmen guru baru serta peningkatan kesejahteraan guru. 

Salah satu langkah yang diambil adalah melalui program rekrutmen guru honorer dengan skema PPPK, serta memberikan fleksibilitas pada penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk gaji guru.

“Sejak 2021, aturan penggunaan dana BOS untuk gaji guru sudah diperlonggar. Sebelumnya, hanya 20 persen dana BOS yang bisa digunakan untuk gaji guru, namun sekarang sudah lebih fleksibel,” ujar Lukman.

Lukman juga menggarisbawahi pentingnya advokasi dari lembaga nirlaba atau organisasi non-pemerintah untuk mendukung para guru. Ia menekankan perlunya kerjasama dengan politisi dan pengambil kebijakan agar kebijakan yang diambil benar-benar berpihak pada kesejahteraan dan pengembangan profesi guru.

“Kami perlu bermitra dengan organisasi dan lembaga di luar pemerintah untuk memberi tekanan kepada pemangku kebijakan agar lebih memperhatikan nasib guru. Ini bukan hanya soal kebijakan yang datang dari bawah ke atas, tetapi juga dari luar menuju dalam, memberikan tekanan politik kepada para pemimpin dan politisi,” jelas Lukman.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan