Ubah Kebiasaan Lama, Kelola Sampah Secara Bijak

PEGIAT LINGKUNGAN: Chamdawati, pegiat lingkungan dari Desa Prambatan Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. FOTO: ANTARA/AKHMAD NAZARUDDIN LATHIF --

Hasil dari edukasi yang tidak kenal lelah itu, akhirnya saat ini anggota Bank Sampah RW 3 sudah autopilot melakukan pilah sampah sehingga yang disetorkan juga sudah terpilah.

Tabungan sampah menjadi tabungan uang, turut memicu warga lain yang tidak peduli ikut bergabung dan memilah sampah dari rumah untuk disetorkan ke bank sampah.

Nasabahnya pun kini semakin gemuk karena tercatat sudah ada 60 orang yang setiap pekan berbondong-bondong ke tempat bank sampah untuk menyetorkan sampah rumah tangga.

Dari puluhan nasabah tersebut, tercatat sudah ada yang berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp400 ribu dari sampah yang selama ini mereka buang percuma dan tidak bernilai sama sekali.

Sampah yang disetorkan juga makin beragam. Dari awalnya hanya sampah plastik dan kertas, berkembang hingga ke barang-barang bekas. Di antaranya kulkas, barang elektronik, mainan berbahan plastik yang tidak terpakai, kaleng, botol kaca, karton, styrofoam, serta perabot rumah tangga lain yang juga tidak terpakai tapi bernilai jual.

Mayoritas sampah yang terkumpul dijual kembali kepada pengepul yang sudah menjadi mitra Bank Sampah RT 3 Prambatan Lor. Adapun plastik bekas bungkus makanan, minuman renceng, serta bungkus detergen dibeli sendiri untuk diolah menjadi aneka kerajinan unik.Hasil kerajinan yang dibuat sudah mencapai puluhan bahkan bisa seratusan lebih. Di sela-sela menjaga toko kelontongnya, ia masih bisa membuat aneka kerajinan yang bernilai jual tinggi.

Sampah plastik yang terkumpul, dicuci bersih dan dijemur di bawah terik Matahari. Kemudian dipotong sesuai ukuran dan jenis plastiknya agar saat dibuat kerajinan memiliki ukuran dan motif yang sama.

Harga jual kerajinan berbahan plastik sampah tersebut, mulai dari Rp1.500 per buah hingga mencapai Rp1,5 juta. Rekor harga jual termahal saat ini masih dipegang produk tikar berukuran 2x1,5 meter.

Untuk membuat tikar selebar itu, dibutuhkan sekitar 10.000 plastik bekas bungkus minuman renceng. Adapun pengerjaannya membutuhkan waktu hingga 2 bulan. Untuk membuat tas cantik yang layak dipakai ibu rumah tangga atau wanita karier untuk bekerja, membutuhkan waktu 3 hari dengan kebutuhan bahan sekitar 400-an bungkus bekas kopi.

Kurangi Timbulan Sampah

Hasil kerja kerasnya mengetuk kesadaran ibu-ibu RW 3, kelompok itu bisa mengurangi timbulan sampah hingga puluhan persen.

Masing-masing keluarga rata-rata membuang sampah hingga 3,5 kilogram per hari. Namun, berkat kepedulian warga memilah sampah, akhirnya yang dibuang saat ini hanya sampah organik sisa memasak.

Ihwal sampah organik yang juga memiliki nilai ekonomi, saat ini juga tengah dipikirkan cara pengelolaannya. Bila berhasil, warga bisa mengurangi timbulan sampah hingga nol sampah. Jadi, tak ada lagi limbah yang terbuang ke TPA Tanjungrejo seluas 5,25 hektare dan sejak tahun 1983 hingga sekarang belum pernah ada perluasan.

Ia mengakui warganya yang memiliki usaha jasa katering memang ada yang diajak kerja sama dengan Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) dengan menyetorkan sampah organik untuk diolah menjadi pupuk.

Bank Sampah di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kudus, diakuinya juga mendapatkan dukungan yayasan itu sehingga tidak hanya mengolah sampah plastik menjadi aneka kerajinan bernilai jual, tetapi mereka juga bisa mengolah sampah organik menjadi pupuk.

Tag
Share