Jalankan Tradisi Andingingi, Menjaga dan Menghargai Hutan
ANAK SUKU KAJANG: Sejumlah anak Suku Kajang berbaris mengikuti upacara di lapangan SDN 351 Kawasan, Desa Tanah Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Sabtu (7/9/2024). FOTO: ANTARA FOTO/HASRUL SAID --
Sedangkan beras ketan putih diartikan bahwa hati manusia harus tetap jernih, putih. Tidak boleh berburuk sangka terhadap orang lain serta senantiasa berbuat kebaikan dan adil. Beras ketan merah diartikan sebagai simbol untuk berjuang sampai titik darah penghabisan.
Sementara pisang yang diambil bukan sembarang pisang. Di sini dinamai 'loka kattin, pisang kamppiung' yang besar-besar khusus untuk acara adat dan dipercaya sebagai pisang yang pertama turun ke bumi.
Selanjutnya, ikan, udang dan kepiting, diambil khusus dari sungai di dalam kawasan adat. Tidak sembarang orang boleh menangkap ikan di kawasan hutan adat kecuali saat acara adat atas perintah Ammatoa.
Di akhir ritual dilanjutkan makan-makan yang dimaknai agar senantiasa diberikan kemakmuran tidak terjadi paceklik apalagi bencana kelaparan.
Proses andingingi biasanya dilaksanakan satu kali dalam setahun. Pelaksanaan secara besar sekali dalam 10 tahun. Bahkan pelaksanaan secara akbar hanya satu kali dalam kurun waktu 100 tahun.
"Tempatnya bisa dalam kawasan adat, bisa di pinggir kawasan, tergantung petunjuk pemangku adat, Ammatoa," kata Puang Kahar.
Selain itu, biasanya sebelum pelaksanaan andingingi, malam harinya terjadi hujan seusai prosesi palenteng are. Terbukti, sejak dini hari tadi hujan turun sangat deras membasahi bumi. Ini menandakan adanya restu dari Tuhan Yang Maha Kuasa, ujarnya.
"Alam memang yang merespon, sudah lama di sini tidak hujan, baru tadi malam hujan deras sekali. Karena besoknya kita laksanakan andingingi." (ant)