Pekerjaan IPALD Diperpanjang Hingga Juni 2024, Kota Jambi Makin Semrawut
BELUM SELESAI: Kondisi pekerjaan IPALD di Kecamatan Jambi Timur pada 25 November lalu. FOTO : HAFIZ/JE --
JAMBI, JAMBIEKSPRES.BACAKORAN.CO – Jaringan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) di Kecamatan Pasar dan Jambi Timur, Kota Jambi terus dikebut. Sesuai kontrak pekerjaan tersebut sampai akhir 2023.
Ada tiga paket pekerjaan pada proyek tersebut, yakni, IPALD yang disebut paket B1, kini progresnya sudah 100 persen. Hanya tinggal komisioning.
Dua paket lainnya yakni pekerjaan jaringan perpiaan. Ada pekerjaan pipa jaringan di wilayah Kecamatan Pasar Jambi oleh PT Adhi Karya dengan nilai kontrak Rp 150 Miliar. Progres fisiknya kini sudah 97 persen.
Sementara pekerjaan jaringan perpipaan di Kecamatan Jambi Timur dikerjakan PT. Waskita Karya dengan nilai kontrak Rp 250 Miliar. Namun saat ini progres fisiknya masih 63 persen.
Kepala Balai Prasarana dan Pemukiman Wilayah (BPPW) Jambi, Dibyo Saputro mengatakan, ketiga paket tersebut kontraknya hingga akhir Desember 2023.
Awalnya, November 2023 lalu diharapkan selesai dengan asumsi satu bulan terakhir ini untuk uji coba.
BACA JUGA:Ubah Limbah Tandan Sawit Jadi Media Pembiakan Jamur
BACA JUGA:Prodi Biologi UIN STS Jambi Adakan Pelatihan
"Untuk jaringan perpiaan yang dikerjakan PT. Adhi Karya di wilayah Pasar diproyeksikam selesai 100 persen pada akhir 2023 ini. Pekerjaannya hanya tersisa 180 meter lagi," kata Dibyo.
Dibyo menjelaskan, target pekerjaan tersebut mundur karena ada beberapa permasalahan teknis yang ditemukan di lapangan.
Menurut Dia, kondisi tanah di Kota Jambi tidak bisa diprediksi, sering terjadi di tengah pekerjaan harus terhenti karena mata bor terhambat oleh kondisi di bawah tanah.
"Ada masalah daya dukung tanah yang sangat jelek sekali, hampir tidak ada daya tahan tanah. Pipa limbah ini harus memiliki kemiringan yang linear tidak boleh naik turun, sementara saat dibor daya tahan tanah sering turun sendiri, sehingga mata bor harus berhenti. Ini yang kendala, karena pekerja terpaksa memperbaiki daya tahan tanahnya dulu. Alat bornya harus dievakuasi dulu dengan sistem Caesar, sehingga titik itu jadinya menjadi lubang baru untuk memulai pengeboran selanjutnya," ungkapnya.
Selama tiga tahun pekerjaan jaringan pipa itu, seringkali persoalan tersebut menjadi hambatan.
"Sering sekali menemukan hal-hal seperti itu, belum lagi ketemu kayu dan ban di kedalaman 9 meter. Kalau ketemu kayu atau ban alat bor hanya memutar saja, tidak bisa menembus tanah. Jadi permasalahan utama yang kami hadapi sampai saat ini terkait dengan kondisi tanah Jambi yang cukup menyulitkan dengan metode checking ini," bebernya.