Bedah Kasus ‘Stroke Hemoraghic’ Oleh Mahasiswa Profesi Ners dan Dosen STIKES Harapan Ibu Jambi di RS Bhayangka
Foto bersama peserta bedah khusus--
Dosen Ani Astuti: Skill Mengelola Kasus Jadi Lebih Baik
JAMBI-Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Harapan Ibu Jambi, telah melaksanakan kegiatan Bedah Kasus dalam rangka Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah I (PPKMB 1).
Dimana dalam kegiatan ini mahasiwa profesi ners melakukan pengelolaan kasus. Kemudian dipresentasikan dan dibahas bersama perawat Rumah Sakit Bhayangkara yang dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Jambi, Kota Jambi Kamis 07 Desember 2023 lalu.
Presentasi yang diwakilkan mahasiswa Profesi Ners oleh Annisa Khairani, S.Kep menyampaikan hasil pengelolaan kasus pada Ny. M dengan stroke hemoragic didapatkan keluhan utama tidak dapat menggerakan anggota tubuh bagian kiri dan bibir pelo.
Kaki kiri tidak bisa digerakkan dengan Tekanan darah 175/100, Nadi 85x/menit, Suhu 36,7 celcius dan pernafasan 22x/menit. Terdapat luka luka berwarna merah dengan ukuran 3 cm dibagian bokong dan punggung klien dengan keadaan kuku pendek dan bersih.
"Selain itu juga ditemukan klien memiliki penyakit hipertensi sejak tahun 2019 dan minum obat tidak rutin, keluarga mengatakan tidak tahu jika obat hipertensi diminum setiap hari, dan kelurga klien juga mengatakaan jika minum obat hipertensi secara terus menerus dapat menyebabkan sakit ginjal.
Hasil Pemeriksaan CT Scan didapatkan hasil adanya pedarahan corona radiate pada parietal kanan dengan volume 11cc," jelas Annisa Khairani kemarin (9/1).
Dikatakannya, masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny. M adalah resiko perfusi cerebral tidak efektif, gangguan intefritas kulit, gangguan mobilitas fisik dan defisit pengetahuan.
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut, telah ditetapkan rencana keperawatan perfusi cerebral tidak efektif dilakukan Menilai tingkat kesadaran pasien, Mengukur tanda-tanda vital, Monitoring adanya penurunan frekuensi jantung, monitoring ireguleritas irama napas, menilai respon pupil pasien, menilai adanya peningkatan TIK, Mengatur posisi kepala dan leher pasien dengan posisi semi fowler.
"Mengukur TTV pasien tiap 6 jam dan Kolaborasi pemberian terapi pengobatan yang diberikan yaitu IVFD Nacl 0,9 persen 20 tpm, mannitol 4x50cc, condesartan 2x16 mg, amlodipine 1x10 mg, acetozolamid 2x50 mg, bisoprolol 1x5 mg, vitamin B-complex 2x1 tab, meropenem1x½,” jelasnya.
Lebih lanjut Annisa Khairani menjelaskan masalah keperawatan gangguan integritas kulit dilakukan penilaian lebar luka decubitus pasien. Mengatur posisi pasien dengan semifowler.
Mengubah posisi pasien tiap 2 jam. Melakukan perawatan luka decubitus. Melakukan perawatan kulit dengan petroleum jelly. Menganjurkan keluarga menggunakan lotion pada punggung pasien.
"Menganjurkan keluarga memberikan pasien minum air yang cukup. Mengedukasi keluarga untuk tidak menggunakan bahan pakaian yang kering pada pasien dan Mengedukasi keluarga untuk mengubah posisi pasien tiap 2 jam," paparnya.
Saidati Natasha Istiqomah sebagai moderator mahasiswa Porfesi Ners juga menambahkan bahwa masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik dilakukan mengidentifikasi indikasi dilakukan latihan, mengidentifikasi keterbatasan pergerakan sendi, memonitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri pada saat bergerak, mengguunakan pakaian yang longgar, mencegah terjadinya cedera selama latihan rentang gerak dilakukan, melakukan gerakan pasifdengan bantuan sesuaidengan indikasi.