WNI Cukup Banyak, Namun Tidak Berdokumen
KOTAK SUARA KELILING: Pengawas KSK Kuala Lumpur Robert Lumban Tobing (kiri) membantu mengarahkan WNI agar tidak salah memasukkan surat suara di lokasi Kotak Suara Keliling (KSK) 032 di Hulu Langat, Selangor, Malaysia, Minggu (4/2/2024). FOTO: ANTARA/HO-I--
Kini Susilawati yang juga asli Kerinci, Jambi, tinggal di Hulu Langat bersama anak-anak, menantu, keponakan, dan cucunya.
Jika saat suaminya masih ada dirinya ikut menyalurkan suara ke KBRI Kuala Lumpur, kini ia mengaku merasa senang karena tidak perlu turun ke Kuala Lumpur untuk ikut mencoblos di Pemilu 2024. Posisi Hulu Langat memang ada di perbukitan yang mengelilingi Lembah Klang.
Pemungutan suara di KSK 032 maupun 112 relatif berjalan lancar. Mereka menunggu satu per satu WNI di daerah itu datang menyalurkan suara hingga pukul 18.00, dan bergerak kembali ke KBRI pada pukul 19.00.
Zamawi yang menjadi fasilitator di lokasi KSK 032 mencatat wilayah di Hulu Langat tersebut menjadi lokasi keberadaan komunitas masyarakat Kerinci asal Jambi dengan jumlah sangat banyak. Bahkan, dia memperkirakan hingga sejutaan.
Namun demikian, banyak juga di antara mereka yang sudah lama menetap dan memiliki tempat tinggal di sana, tapi bekerja di negeri lain di Malaysia. Mereka rata-rata memegang kartu identitas MyPR sebagai penduduk tetap di Malaysia, tetapi masih berkewarganegaraan Indonesia.
Ia sedikit menyampaikan sejarah komunitas masyarakat Kerinci yang ada sejak sekitar akhir abad ke-18 di Kuala Lumpur, tepatnya di Kampung Kerinci, sebelum akhirnya pindah ke Hulu Langat, Selangor. Keberadaan mereka kini menyebar, meski yang terbesar tetap ada di Hulu Langat.
Zamawi yang tergabung dengan organisasi masyarakat Persatuan Pembela Rakyat Kerinci di Malaysia (PPRKM) mengatakan mendapat permintaan untuk menjadi fasilitator KSK Pemilu 2024 di Hulu Langat. Karena itu dirinya segera menjaring WNI yang ada di sana sebanyak-banyaknya untuk berpartisipasi memberikan hak suara.
DIa menggambarkan, "yang penting kotak ini keluar". Di wilayah itu, sejak negeri ini ada belum pernah ada tempat pemungutan suara (TPS).
Sekalipun orang itu, mungkin sehari-harinya, misalnya bekerja di Klang, tetapi beralamat di Hulu Langat, maka akan dia data.
Kontribusi Untuk Bangsa
Yusuf merupakan mahasiswa International Islamic University Malaysia (IIUM). Sudah dua tahun terakhir ini dirinya ada di Malaysia, mempelajari ilmu ekonomi murni di Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Ia mengaku kali pertamanya berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan umum dengan menjadi petugas KPPSLN. Karena pada Pemilu 2019 dirinya justru sama sekali tidak berkontribusi apapun, baik meyalurkan hak suara, apalagi menjadi panitia. Yusuf mengaku, saat itu, masuk dalam "golongan putih" (golput).
Laki-laki muda asal Malang, Jawa Timur, itu mengaku tidak menyangka akan mendapat tugas menjaring suara ke lokasi yang ternyata merupakan komunitas dengan jumlah WNI yang besar, yang semuanya terlihat antusias menyalurkan hak suara.
Keikutsertaannya dalam pesta demokrasi kali ini benar-benar menambah pengalaman pribadinya. Bahkan, dia bertekad ingin membuktikan pada dirinya sendiri bagaimana menambah pengalaman menjadi KPPSLN KSK. Ia ingin melihat bagaimana pemilu ini bisa mengubah masa depan bangsa.
Sejumlah kendala muncul dalam pelaksanaan pemungutan suara di KSK 032, namun yang paling dominan terkait dengan berkas.