WNI Cukup Banyak, Namun Tidak Berdokumen

KOTAK SUARA KELILING: Pengawas KSK Kuala Lumpur Robert Lumban Tobing (kiri) membantu mengarahkan WNI agar tidak salah memasukkan surat suara di lokasi Kotak Suara Keliling (KSK) 032 di Hulu Langat, Selangor, Malaysia, Minggu (4/2/2024). FOTO: ANTARA/HO-I--

Kendala itu, misalnya tidak punya KTP elektronik atau paspor. Atau paspor hanya dalam bentuk "print". Banyak yang ingin berpartisipasi, tapi terkendala dengan berkas itu.

Sebagai Ketua KPPSLN, Yusuf punya tanggung jawab besar untuk tim, seperti ketika salah melakukan sesuatu atau mengambil keputusan tentu akan berdampak besar dan harus dipertanggungjawabkan nantinya.

Sementara itu, Robert yang bertugas menjadi pengawas hari itu berpikir sama, mengapa tidak berkontribusi dalam upaya menyukseska pemilu kali ini. Tidak ada salahnya untuk mencari pengalaman sebagai Pengawas KSK di Kuala Lumpur.

Dan setelah berjam-jam mengawasi jalannya pemungutan suara di KSK 032, anak muda yang bekerja sebagai staf di kedutaan itu mengaku cukup mendapatkan pengalaman, sekaligus menambah pengetahuan tentang kondisi ataupun kehidupan warga Indonesia di Malaysia secara langsung.

Ia mencatat sejumlah kendala saat proses pemungutan suara di sana. Pertama, ada komunikasi yang terlewat antara tiga fasilitator lokasi pemungutan suara, karena ternyata ada tiga KSK berbeda ditempatkan di lokasi yang sama.

Kedua, WNI cukup banyak, namun tidak berdokumen. Untuk bisa berpartisipasi menyalurkan hak suara, setidaknya mereka memiliki "foto copy" paspor atau KTP elektronik, meski sebetulnya sudah diminta untuk membawa yang asli, dan beberapa sulit memenuhi persyaratan itu. Ternyata banyak kendala, seperti paspor ada pada majikan atau agen.

Ia berharap WNI di Malaysia, baik yang berdomisili di kota, perkampungan, perkebunan, benar-benar maksimal berkontribusi mengambil kesempatan kali ini untuk menyalurkan hak suaranya.

Robert dan Yusuf dapat dibilang menjadi salah dua dari begitu banyak perwakilan muda dari WNI di Malaysia yang turut berperan dalam hajatan besar demokrasi Indonesia 2024.

Mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Malaysia bersama dengan para pekerja migran Indonesia dan diaspora Indonesia berperan besar dalam pelaksanaan pemilu dengan menjadi KPPSLN, Pengawas KSK dan TPSLN, hingga fasilitator pelaksanaan Pemilu 2024 di negeri jiran.

Sangat ironi jika semangat pesta demokrasi rakyat Indonesia di Malaysia yang begitu besar harus tercemar oleh aksi segelintir oknum tidak bertanggung jawab yang mencoba mengangkangi hukum untuk memperoleh suara. (*)

Tag
Share