Wisatawan Lakukan Segala Aktivitas di Atas Air

RUMAH-RUMAH DI KAMPUNG YOBOI: Pemandangan rumah-rumah di Kampung Yoboi, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. FOTO: ANTARA/LINTANG BUDIYANTI PRAMESWARI --

Pengelolaan sagu, khususnya di Kampung Yoboi, masih dilakukan secara tradisional atau biasa disebut ‘tokok’ guna mengambil serbuk pohon sagu menggunakan alat-alat tradisional.

Melihat hal ini, dengan jumlah pohon sagu yang sangat melimpah maka Representative, Food and Agriculture Organization of The United Nations for Indonesia atau Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Dunia untuk Indonesia (FAO-UN), akan memberikan alat pengolahan sagu dalam skala besar kepada masyarakat Kampung Yoboi.

Bantuan dari FAO-UN tersebut diharapkan dapat meningkatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masyarakat di Kampung Yoboi sekaligus menjadi percontohan pengolahan sagu modern di Indonesia.

Survei

Guna mendukung rencana tersebut, FAO-UN melakukan survei langsung ke Kampung Yoboi didampingi jajaran Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura untuk melihat bagaimana pengolahan pohon sagu yang diolah selama ini menjadi tepung sagu.

Setelah rangkaian survei dilakukan, FAO-UN menggelar lokakarya dan diskusi publik bersama pemerhati lingkungan, tokoh adat, tokoh masyarakat, pelaku UMKM untuk mendengarkan langsung pendapat tentang rencana pemberian bantuan alat pengolah sagu tersebut.

Semua tokoh yang hadir dalam diskusi itu merasa bersyukur karena ada lembaga dunia di bawah PBB yang mengurusi tentang pangan dan pertanian ingin membantu Kampung Yoboi di Pulau Papua, Indonesia, yang bersebelahan dengan negara tetangga Papua Nugini (PNG).

Apalagi, FAO-UN ingin menjadikan Kampung Yoboi sebagai contoh penerapan pengolahan sagu berkelanjutan dalam jumlah besar. Tepung sagu tersebut nantinya tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-sehari, tapi juga dapat dipasarkan.

Perwakilan FAO-UN untuk Indonesia-Timur Leste, Rajendra Arya, menyatakan akan mendukung pelaku UMKM di Kampung Yoboi dalam mengelola sagu dalam jumlah yang besar.

Alat pengolah sagu yang dibantukan akan menghasilkan tepung sagu dalam jumlah banyak dan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan usaha UMKM maupun diekspor ke luar Papua maupun luar negeri.

Tepung sagu bisa dikemas dalam kemasan yang menarik, kemudian dikirim ke Papua Pegunungan, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Barat Daya, sehingga masyarakat yang ingin mengonsumsi tepung sagu bisa membelinya di pasar swalayan. 

Langkah itu sebagai terobosan untuk membawa sagu ke industri besar yang bisa dinikmati bukan hanya masyarakat Papua, tetapi masyarakat di luar Papua pun bisa menikmatinya dengan membelinya di pasar.

Selain itu, masyarakat Kampung Yoboi bisa mengolah tepung sagu menjadi berbagai makanan maupun minuman yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan nilai kadar gula yang cukup rendah.

FAO-UN akan mengembangkan hal itu untuk dapat merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat Papua melalui tepung sagu yang dikelola secara profesional.

Pemkab Jayapura sangat antusias dengan dukungan organisasi pangan dan pertanian PBB yang ingin membantu masyarakat Kampung Yoboi dalam pengelolaan sagu berkelanjutan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan