Tak Hanya Eksotis, Juga Menyimpan Legenda dan Sejarah Budaya

DIKUNJUNGI WISATAWAN: Objek wisata Goa Putri di Kabupaten OKU ramai dikunjungi wisatawan saat libur Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriyah. FOTO: ANTARA/EDO PURMANA/24 --

Suatu pagi, sang putri mandi di muara Sungai Sumuhun dan saat itu melintas seorang pengembara bernama Serunting Sakti atau lebih dikenal dengan nama Si Pahit Lidah yang ingin sekali menyapa putri berparas cantik tersebut.

Tapi, kehadiran Serunting Sakti tidak diperhatikan oleh Putri Dayang Merindu, bahkan terkesan sombong,  sehingga membuat pengembara sakti asal Sumatera Selatan tersebut mengutuk sang putri dan seluruh kerajaannya menjadi batu.

"Si Pahit Lidah ini adalah seorang tokoh pendekar sakti yang terkenal di Sumatera Selatan yang konon katanya setiap dia berucap akan terwujud, termasuk mengutuk apapun menjadi batu," kata Riswan, salah seorang warga sekitar. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya peninggalan-peninggalan Kerajaan Ogan yang berubah menjadi batu di dalam gua tersebut yang abadi hingga saat ini.

Selain pemandangan alam yang indah, Gua Putri juga memiliki banyak stalaktit dan stalagmit yang menarik. Jika dinding gua terpapar cahaya, maka akan tampak warna-warni yang indah dan tatanan batu yang terdapat di bagian dalam pun sangat menarik.

Menurut cerita, batu-batu tersebut secara alami terbentuk menyerupai sebuah tempat peristirahatan, singgasana, pedapuran untuk memasak, dan pembaringan (Dayang Merindu) yang di bawahnya mengalir air Sungai Semuhun.

Wisatawan biasanya menelusuri gua ini sampai ke sebuah kolam yang diyakini sebagai tempat pemandian Putri Dayang Merindu.  Konon,  apabila mandi atau mencuci muka di aliran sungai ini semua keinginan dapat terwujud.

Setiap tamu yang ingin masuk ke dalam Gua Putri diharuskan mengetuk dinding goa sebanyak tiga kali yang menandakan salam untuk para leluhur dan menjaga sikap, perkataan serta perbuatan selama berada di dalam goa agar penunggunya tidak marah.

Setiap pengunjung yang masuk ke dalam gua diminta menjaga sopan santun dan tidak boleh sembarang berucap untuk menghormati penghuni di dalamnya.

Gua Harimau

Sementara itu,  Gua Harimau yang hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lokasi Gua Putri, menyimpan peninggalan peradaban manusia kuno yang hidup sekitar 3.500 tahun lalu.

Untuk menuju objek wisata ini para pengunjung harus menyeberangi Sungai Ogan melalui jembatan gantung tua, kemudian menelusuri jalan setapak sejauh 4 kilometer melewati Sungai Haman (Aek Haman).

Sebanyak 35 kerangka manusia kuno dari Ras Mongoloid berhasil ditemukan di mulut Gua Harimau oleh Tim Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI yang dipimpin Prof Trauman Simanjuntak pada 2014 silam.

Menurut Prof Trauman Simanjuntak saat itu, kerangka manusia yang ditemukan tidak lagi termasuk dalam kategori manusia purba melainkan manusia kuno. Dikategorikan manusia kuno mengingat secara fisik bentuknya seperti manusia modern dan mereka juga sudah mengenal senjata yang dibuat dari batu. Makannya juga sudah omnivora.

Analisis Tim Puslit Arkenas pun menyatakan, kerangka manusia yang ditemukan di Gua Harimau termasuk dalam ras mongoloid karena adanya ciri-ciri morfologi yang ditemukan, yaitu bentuk tengkorak yang meninggi dan membundar (brachy cephal) serta bagian tengkorak belakang yang datar.

Selain itu, juga ada ciri morfologi gigi seri berbentuk orbit mata, kedalaman tulang hidung (nasal) serta postur tulang dan tubuh mereka yang khas mongoloid.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan