PETI Jadi Ancaman Ekowisata, Mengganggu Keindahan dan Merusak Sungai.

Senior Advisor KKI Warsi, Rudi Syaf --

Pada diskusi terkait perkebunan karet ini, dilaporkan bahwa Kabupaten Batanghari, khususnya di Sungai Terap bersama dengan PT. Wahana Perintis telah mengurus 114 Hektar lahan karet.

Dari sini kemudian harapannya Pemerintah bisa membantu penyediaan pelatihan dan bantuan fasilitas produksi.

Tanggapan dan solusi dari Kepala Bidang Produksi Dinas Perkebunan Jambi, Adi Gunawan, menjelaskan persetujuan pemerintah dalam pemberian pelatihan kepada masyarakat kelompok yang diajukan. 

BACA JUGA:Satker PJBH Jambi Tegur Vendor, Minta Jaga Lingkungan Saat Bawa Material

BACA JUGA:Jaga Kebersihan Lingkungan dan Cukup Protein Untuk Hadapi Pancaroba

"Kita mencoba nanti bekerja sama dengan semua pihak, sebab ini kan dalam HTI, di Wahana Perintis. Kita siap memfasilitasi tenaga-tenaga SDM nya apakah pelatihan atau penyuluhan dan tentu harus bekerja sama karena di dalam lokasi HTI kemudian dalam binaan KKI Warsi. Mungkin nanti kerja samanya itu, dalam bentuk fasilitasi," ungkapnya.

Solusi terkait bantuan, Adi menyampaikan bahwa Pemerintah saat ini tidak bisa memberikan bantuan fasilitas benih kepada petani sebab anggaran terkait penyediaan ini sudah dihapuskan.

"Untuk dua tahun terakhir ini memang kegiatan perluasan tanaman karet itu,  bantuan  pemberian bibit karet itu anggarannya distop karena tren untuk perluasan tanaman karet itu sedang menurun karena calon petaninya banyak yang mengundurkan diri sebab harga yang buruk jadinya mereka ganti ke komoditi lain," kata Adi.

BACA JUGA:Langgar Kedisiplinan, 5 Pegawai dilingkungan Pemkot Diproses dan Terancam Disanksi

BACA JUGA:Land Clearing Tak Sesuai Kaedah Lingkungan, Banyak Aturan Dilanggar PT SAS

Ia pun menimpali bahwa bantuan bibit ini difokuskan pada hal lain, yaitu intensivikasi pemberian bantuan pupuk kepada perkebunan yang membutuhkan.

Pembahasan mengenai pengelolaan hasil hutan ini pun disampaikan oleh komunitas bahwasanya memang harga jual hasil hutan yang rendah dipasaran menjadi sebuah permasalahan, khususnya terkait hasil jual karet.

"Ya harga karet ini kan sudah bertahun-tidak ada kenaikan. Hanya saja tren setahun terakhir ini sudah mulai naik. Ini jika di tingkat Unit Pengolahan dan Pamasaran Hasil Hutan Karet, ini sudah di Rp 13.000-Rp 15.000 per kilo dan saya kira itu sudah di harga yang cukup bagus," respon Adi.

Namun, Ia turut menyayangkan terkait produksi karet di Provinsi Jambi yang masih rendah dan tidak dirawat dengan baik sehingga menghasilkan hasil panen yang tidak maksimal.

BACA JUGA:Bahas Perubahan Iklim, Poltekkes Jambi Gelar Konferensi Kesehatan Lingkungan Internasional

Tag
Share