Dari Asosial dan Keranjingan Game ke Kecanduan Buku
BERUBAH DRASTIS: Abdul Bahaudin alias Addin (berbaju biru dongker bersama dengan orang tua, Prof,.Ridho Bayuaji, ST, MT, Ph.D dan Ari Destari saat ditemui di Surabaya, Rabu (8/5/2024). FOTO: ANTARA/MASUKI M. ASTRO. --
Pertama kali dikalibrasi, LoC Addin 117, yang berarti masih dikuasai oleh ego. Rupanya interaksi yang dijalani dengan terpaksa dalam belajar Ilmu Kesadaran itu mampu mentransendensikan jiwa untuk keluar dari keadaan jiwa yang force. Ketika dikalibrasi berikutnya, sudah naik ke-250 alias netralitas. Dengan LoC itu, artinya dia sudah mampu melepas jeratan-jeratan jiwanya karena sudah bisa terhubung dengan nilai-nilai (spirit).
Ia kian bertambah semangat untuk belajar, apalagi setelah LoC-nya terus progresif naik dan rasa nyaman menjalani hidup semakin terasa.
Jiwa Addin terus sembuh dan bertumbuh hingga mencapai LoC 500+ (cinta kasih) dan saat ini sudah 687 (jiwa yang terhubung dengan alam semesta).
Meskipun tarikan ke keadaan jiwa yang menganggap orang lain sebagai ancaman, sesekali masih muncul, ia lebih mudah melampaui atau mengatasi keadaan itu.
Kini, ketika orang tuanya mengajak Addin berbicara di depan umum untuk bercerita mengenai progres jiwanya, ia mulai menerima tantangan itu dan dengan lancar bercerita.
Bahkan, dalam beberapa bulan ini, Addin sudah bisa mengubah kebiasaannya dari keranjingan game menjadi kecanduan membaca buku. Addin merasa, panggilan jiwanya semakin kuat untuk terus belajar guna menaikkan level kesadarannya.
Apalagi, ayahnya kemudian memberikan rangsangan berupa hadiah Rp500 ribu ketika menyelesaikan bacaan satu judul buku. Sebagai wujud syukur, Prof. Ridho kini menaikkan hadiah itu menjadi Rp750.000 untuk satu judul buku yang dibaca Addin.
Addin sendiri sangat bersyukur, sampai saat ini sudah mampu menyelesaikan membaca enam judul buku. Meskipun diakui bahwa sesekali dia juga masih mengunjungi "ruang jiwa" lamanya untuk bermain game, tarikannya sudah tidak sekuat sebelumnya.
Addin semakin menyadari bahwa untuk berubah, seseorang tidak bisa dipaksa oleh yang di luar, melainkan harus dari dalam dirinya, dengan cara terus belajar. Dengan berubah lewat pendalaman ilmu kesadaran, maka ia bertekad menularkan ilmu ini kepada masyarakat lain, khususnya anak-anak muda yang mengalami keadaan jiwa seperti dirinya di masa lalu.
Bagi Ari Destari, ibu Addin, apa yang dialami anak dan dirinya bersama suami bisa menjadi pelajaran besar bagi anak dan orang tua lainnya jika menghadapi hal serupa. Anak-anak yang bermasalah bukanlah kiamat yang harus terus diratapi. Selalu ada jalan keluar jika kita tidak berputus asa mencari jalan, salah satunya dengan Ilmu Kesadaran.
Hal yang diingatkan betul oleh Ari adalah bagaimana antara anak dengan orang tua sama-sama terselamatkan jiwanya dalam menghadapi kasus, seberat apa pun bebannya. (ant)