"Menyenggol" Kelompok yang Mengeruk SDA di Tanah Papua, Tanpa Memikirkan Nasib Masyarakat

PERTUNJUKAN: Potongan adegan dalam pementasan teater “Matahari Papua” oleh Teater Koma bersama Bakti Budaya Djarum Foundation di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada Kamis (6/6/2024) malam. FOTO: (ANTARA/Vinny Shoffa Salma) --

 

Mulai dari pemeran utama, pemeran pendukung, tim musik, sutradara, hingga tim pendukung lainnya, berhasil membuat “Matahari Papua” layak diapresiasi.

 

Menariknya, naskah “Matahari Papua” berhasil terpilih sebagai salah satu pemenang untuk Sayembara Penulisan Naskah Dewan Kesenian Jakarta 2022. Tidak heran naskah dalam lakon ini juga sangat mempengaruhi jalinan istimewa di dalamnya.

 

Selain tokoh Biwar, Yokomina, dan Nadiva yang berhasil memperkuat lakon “Matahari Papua”, ada dua tokoh pencuri perhatian (steal the show) yang berhasil membuat lakon ini semakin berwarna. Dua tokoh tersebut adalah Sir Ilham Jambak sebagai buaya dan Sri Qadariatin sebagai burung hitam.

 

Di tengah perlawanan Biwar dan sang naga yang cukup panas, kedua tokoh tersebut berhasil mencairkan suasana dengan sangat baik. Celetukan dan tingkah ajaib antara buaya dan burung hitam berhasil mengocok perut penonton.

 

Tanpa mengesampingkan tokoh dan tim produksi lainnya, lakon “Matahari Papua” semakin menarik saat tokoh buaya dan burung hitam itu tampil. Meskipun terkesan serius, “Matahari Papua” berhasil menyeimbangkan nuansa komedi dan drama di dalamnya.

 

Meskipun untuk ukuran lakon “Matahari Papua” cukup panjang, tetapi penonton kemungkinan besar tidak akan bosan. Akting gemilang para pemain berhasil menghipnotis penonton untuk terus menyaksikan penampilan mereka, hingga akhir, sehingga 2.5 jam, mungkin tidak akan terasa terlalu lama.

 

 

Kostum memikat

Tag
Share