Rupiah Kamis Pagi Turun 18 Poin Menjadi Rp16.383 per Dolar AS

Ilustrasi - Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Ayu Masagung Money Changer--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.383 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.365 per dolar AS.
Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar global.

Sentimen negatif berasal dari kekhawatiran investor terhadap potensi perlambatan ekonomi global dan prospek kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) yang lebih agresif dari perkiraan sebelumnya.

BACA JUGA:Rupiah Menguat Menyambut Rilis Neraca Perdagangan Domestik

BACA JUGA:Penurunan Harga Referensi CPO Dipengaruhi Pelemahan Rupiah
"Pasar masih cemas dengan arah kebijakan The Fed yang bisa lebih hawkish untuk mengendalikan inflasi. Ini memberikan tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah," kata analis pasar uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto.
Di sisi domestik, pelaku pasar juga tengah mencermati data ekonomi Indonesia yang akan dirilis dalam waktu dekat, termasuk data inflasi dan neraca perdagangan.

Data ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi perekonomian Indonesia dan bisa mempengaruhi pergerakan rupiah ke depan.
"Jika data ekonomi menunjukkan hasil yang positif, hal ini bisa memberikan dukungan bagi rupiah. Sebaliknya, jika data ekonomi tidak sesuai harapan, tekanan terhadap rupiah bisa berlanjut," tambah Rully.

BACA JUGA:Peras Korbannya Jutaan Rupiah, Dua Pria Ngaku Wartawan Ditangkap

BACA JUGA:Berharap Pundi-Pundi Rupiah Dari Wewangian Gaharu
Selain itu, faktor geopolitik juga turut berperan dalam pergerakan rupiah. Ketegangan di beberapa kawasan, seperti konflik di Timur Tengah dan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, membuat investor lebih memilih aset-aset safe haven seperti dolar AS dan emas.
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menyebutkan bahwa intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valas masih diperlukan untuk menjaga stabilitas rupiah.

Menurutnya, BI telah melakukan langkah-langkah yang tepat dalam menjaga volatilitas rupiah, namun faktor eksternal masih menjadi tantangan besar.
"Bank Indonesia sudah cukup aktif di pasar untuk menjaga volatilitas, tapi tekanan dari eksternal masih cukup kuat. Kami berharap ada stabilisasi dalam beberapa minggu ke depan," ujar David.
Di pasar spot, rupiah dibuka pada level Rp16.370 per dolar AS, melemah dari penutupan sebelumnya.

Sepanjang perdagangan pagi, rupiah bergerak di kisaran Rp16.370 hingga Rp16.390 per dolar AS.
Para pelaku pasar juga akan terus memantau perkembangan kebijakan pemerintah terkait stimulus ekonomi dan langkah-langkah yang diambil untuk menarik investasi asing.

BACA JUGA:Ngaku Rugi Miliaran Rupiah

BACA JUGA:Pencuri Gondol Uang Kotak Amal Jutaan Rupiah

Kebijakan yang pro-pertumbuhan ekonomi diyakini dapat membantu menstabilkan rupiah dalam jangka panjang.
"Ke depan, kebijakan fiskal dan moneter yang mendukung pertumbuhan ekonomi akan sangat penting untuk menjaga kepercayaan investor dan stabilitas rupiah," pungkas David. (*)

Tag
Share