Melubang dan Menuang Asa Lestari Layang Kuau Raja Tebuk Isi

PENGRAJIN LAYANG-LAYANG: Pengrajin layang-layang tradisional, Amronshah (kanan), menunjukkan motif Layang Kuau Raja Tebuk Isi yang tengah ia kerjakan bersama rekan-rekannya di Sanggar Layang-Layang Purnama di kediamannya di Dumai, Riau, Selasa (18/6/2024--

Amronshah mengaku proses Tebuk Isi juga cukup memakan waktu. Sejak penggambaran pola di sebuah kertas, hingga proses menebuk dan mengisi, membutuhkan waktu sedikitnya satu hingga dua bulan, tergantung tingkat kerumitan motif yang ia sematkan.

Lestari Bersama

Daun pakis, bunga matahari, dan bunga raya menjadi tumbuhan yang paling banyak dituangkan dalam motif hias Layang Kuau Raja Tebuk Isi. Pasalnya, ketiganya menjadi tumbuhan yang cukup banyak ditemukan di pesisir Riau.

Sejalan dengan semangat pelestarian yang hadir bersama penetapan Layang Kuau Raja Tebuk Isi sebagai WBTBI, Amronshah terus ingin mengembangkan objek budaya tak benda tersebut dengan mengembangkan motif hias baru.

Ia, kini mengembangkan motif tumbuhan di Riau pesisir yang biasanya tumbuh di area sekira 500 meter dari pantai, yakni Periuk Kera.

Periuk kera adalah sebutan kebanyakan masyarakat Melayu untuk kantong semar, tumbuhan karnivora pemakan serangga.

Alasan Amronshah sederhana, agar masyarakat Dumai dan Riau khususnya dan Indonesia pada umumnya tetap mengenal tumbuhan-tumbuhan endemik wilayah pesisir.

Ia tak ingin tumbuhan perlahan punah, mengalami nasib yang nyaris mirip dengan tradisi kerajinan Layang Kuau Raja Tebuk Isi.

Oleh karena itu pula, Amronshah bersama rekan-rekannya selalu terbuka untuk mengajarkan keahlian pembuatan Layang Kuau Raja Tebuk Isi kepada setiap orang yang tertarik. Sejak 2004, terbilang ada 30-an orang telah keluar masuk Sanggar Layang-Layang Purnama untuk mempelajari kerajinan Layang Kuau Raja Tebuk Isi.

Upaya lebih intens juga dilakukan dengan aktivitas Amronshah dkk mengajar kerajinan Layang Kuau Raja Tebuk Isi ke sekolah-sekolah di Dumai, melalui kegiatan ekstrakulikuler budaya Melayu Riau.

Semangat pelestarian yang digelorakan Amronshah juga menular hingga ke aspek kebudayaan lain yang terkandung dalam Layang Kuau Raja Tebuk Isi.

Nyaring dengung suara yang dihasilkan Layang Kuau Raja Tebuk Isi menjangkau telinga Ridho Fatwandi, pelaku seni musik dari Sanggar Pura Mahligai.

Di telinga Ridho, dengung tersebut terdengar seperti nada musik yang siap untuk digubah. Maka tergeraklah ia untuk menemui Amronshah.

"Rupanya pitu-pitu itu bisa dicopot, kemudian diputar-putarkan menghasilkan bunyi yang di telinga saya nadanya mendekati fis," kata Ridho, ketika ditemui ANTARA.

Tak hanya mendapati nada dasar musik Layang Kuau Raja Tebuk Isi, Ridho justru menuai tradisi lain yang masih diketahui Amronshah terkait permainan layang-layang, yakni mantra pemanggil angin.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan