Beri Edukasi ke Masyarakat Tentang Manfaat Hutan Mangrove
HUTAN BAKAU: Salah satu hutan bakau di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, yang selalu dijaga kelestariannya bersama pemerintah kabupaten dan masyarakat setempat. FOTO: ANTARA/NYAMAN BAGUS PURWANIAWAN --
Hutan bakau di Kelurahan Mentawir, Kecamatan Sepaku, yang dijaga Lamale bersama kelompoknya seluas 7.620 hektare, sebagian besar berada dalam lahan konsesi milik PT Inhutani I Batu Ampar Divisi Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan
Dari 7.620 hektare hutan mangrove itu, seluas 1.850 hektare untuk konservasi dan sekitar 500 hektare jadi objek wisata yang dikelola oleh Pokdarwis Kelurahan Mentawir.
Pelestarian hutan bakau di ujung wilayah Teluk Balikpapan di Kelurahan Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara yang dilakukan Lamale selama lebih kurang 23 tahun itu sangat bermanfaat bagi nelayan sebagai tempat menangkap kepiting, udang, dan ikan.
Ketekunan Lamale merawat hutan bakau telah menebar berkah bagi warga sekitar hingga hari ini.
Kiprah serupa juga dilakukan Siti Rukiyah (57), warga Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara. Ia mulai berkecimpung penanaman bakau pada 2003.
Pada saat itu ada kelompok pemuda menanam mangrove di Kelurahan Kampung Baru untuk mencegah meluasnya erosi pantai.
Sebab, dari tahu 1988 sampai 2002, di pesisir pantai Kampung Baru terus terjadi pengikisan yang mengakibatkan air pasang laut kerap menggenangi area permukiman warga setempat dan jalan umum.
Akan tetapi, penanaman bakau yang dilakukan kelompok pemuda itu tidak dilanjutkan dengan pemeliharaan sehingga banyak mangrove yang baru ditanam mati.
Pada waktu pertama kali terlibat dalam program penanaman bakau, Siti Rukiyah tidak mengetahui tujuan dari penanaman mangrove itu karena program penghijauan biasanya hanya dilakukan di darat, bukan di bibir pantai.
Siti Rukiyah yang merupakan Ketua Kelompok Usaha Wanita Bina Bersama Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, --beserta anggota yang terdiri atas ibu-ibu--mulai aktif menanam bakau pada 2004.
Pada tahun itu Kelompok Usaha Wanita Bina Bersama menanam mangrove sebanyak 3.000 bibit dan pada tahun sama mendapatkan bantuan sebanyak 15.000 bakau.
Setelah 3.000 bibit mangrove yang ditanam pertama berusia 3 bulan, dilanjutkan lagi dengan penanaman 15.000 bibit dan dapat menghijaukan lahan seluas 10 hektare.
Keaktifan memelihara lingkungan menjadikan kelompok wanita itu terus mendapatkan bantuan bibit mangrove dari Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara maupun perusahaan yang beroperasi di daerah itu.
Kelompok itu pada 2005 juga mendapat bantuan melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) untuk pembibitan bakau sebanyak 33.000 pohon.
Kemudian pada awal 2006, bibit sebanyak itu ditanam sehingga luas area yang dihijaukan bertambah menjadi sekitar 20 hektare.