Ia juga merasa tuduhan dalam surat pemecatan yang menyebut dirinya merendahkan pimpinan, sangat tidak berdasar.
"Di mana dan kapan saya merendahkan pimpinan. Tidak ada penjelasan, tidak ada kesempatan untuk membela diri. Ini sangat mencurigakan, terutama karena dilakukan hanya beberapa hari sebelum Munas," katanya.
Tantowi mencurigai bahwa pemecatan ini terkait dengan persaingan untuk mendapatkan rekomendasi Golkar dalam Pilkada Sarolangun.
BACA JUGA:Airlangga Mundur dari Ketum Golkar, Rubah Peta Politik Jambi?
BACA JUGA: Pengunduran Airlangga Hartarto dari Ketua Umum Golkar Adalah Pilihan Pribadi
"PK Sarolangun sangat keberatan, mereka menyebut ini sebagai tindakan zalim. Saya dipilih oleh PK, dan mereka tidak menerima keputusan sepihak seperti ini," ujarnya.
Tontawi berencana akan mengajukan protes resmi ke DPP Golkar dan membawa masalah ini ke Mahkamah Partai.
"Saya tidak akan tinggal diam, saya akan melawan keputusan ini. Kita harus menjaga martabat partai, tidak boleh ada yang bertindak sewenang-wenang," tutupnya.
Tidak jauh berbeda dengan Syahirsyah yang menyatakan tidak terima atas pergantian dirinya Ketua DPD II Batanghari Golkar.
Ia mengaku akan menggugat masalah ini ke Mahkamah Partai Golkar.
Syahirsyah mengatakan dirinya mendapatkan kabar dirinya diganti dari sekretaris DPD I Partai Golkar Fahrul Rozi.
”Saya tanya sama sekretaris, ternyata kabar itu benar,” katanya.
BACA JUGA:Airlangga Hartarto Mundur dari Kursi Ketua Umum Partai Golkar
BACA JUGA:Dapat Rekomendasi Gerindra, Tontawi dan Haris Bisa Daftar ke KPU Dukungan Tanpa Golkar
Ia menduga pergantian dirinya disebabkan pelaksanaan Munas Golkar yang saat itu dia menyatakan mendukung Bahlil sebagai calon Ketua DPP Golkar.
”Sejak itu saya tak pernah lagi dilibatkan untuk komunikasi terlebih untuk pelaksanaan Munas ini, ” katanya.