“Para elite partai di pusat berusaha menduplikasi KIM Plus di daerah, sehingga memperkuat pilihan calon tunggal,” kata Titi.
Ketiga, partai politik di daerah memilih pendekatan pragmatis dengan mengusung calon tunggal yang memiliki latar belakang kuat, termasuk petahana.
Ini disebabkan oleh fakta bahwa partai baru saja selesai menjalani kontestasi pemilu legislatif.
“Pilihan untuk calon tunggal yang memiliki modal sosial, politik, dan kapital yang kuat adalah strategi yang dianggap lebih realistis dan pragmatis,” tambah Titi.
BACA JUGA:Kapolda Jambi Ajak Media Bersinergi untuk Wujudkan Pilkada Damai
BACA JUGA:Menko Polhukam Mandatkan KPU-Bawaslu Perkuat Koordinasi Untuk Pilkada
Titi Anggraini berharap bahwa meskipun ada penurunan dalam jumlah calon tunggal, upaya untuk meningkatkan keterlibatan dan persaingan dalam pilkada harus terus didorong untuk memastikan proses demokrasi berjalan dengan baik. (*)