Dibelah Sungai Yangtze, Industri Jadi Andalan

Minggu 01 Sep 2024 - 21:13 WIB
Editor : Adriansyah

Hal itulah yang membuat Stasiun Liziba amat diminati wisatawan yang berduyun-duyun datang. Namun, mereka datang bukan untuk naik kereta, melainkan untuk menyaksikan pemandangan kereta yang berlalu lalang ke stasiun layang tersebut.

Begitu tiba di depan stasiun, mereka senantiasa menyiagakan kamera ponselnya supaya dapat segera merekam fenomena “kereta masuk gedung” yang  cukup unik.

Bangunan tersebut memang sejak dibangun sudah direncanakan memiliki stasiun kereta api di antaranya, dan teknologi konstruksi yang digunakan berhasil meredam suara bising serta getaran dari lalu lintas kereta di stasiun bagi apartemen di atasnya.

Malam Hari di Chongqing

Di malam hari, Kota Chongqing jadi semakin semarak. Gedung-gedung menjulang tinggi yang berderetan di tepi sungai memancarkan lampu-lampu berwarna cerah yang memanjakan mata.

Salah satu bangunan tersebut adalah Hongyadong, atau “Gua Hongya”, yang menjulang di sisi sebuah bukit yang menghadap Sungai Jialing, sebuah anak Sungai Yangtze, di tengah kota Chongqing. Lampu-lampu di muka gedung setinggi 11 tingkat tersebut berkelap-kelip dan memantulkan cerahnya ke permukaan sungai.

Menurut seorang pemandu wisata setempat yang memperkenalkan dirinya sebagai Alan, Hongyadong merupakan replika bangunan tradisional setempat yang sudah ada sejak dahulu.

“Setiap malam, lampu-lampu yang menerangi Hongyadong memanjakan mata para wisatawan yang datang kemari,” kata dia.

Terdapat banyak restoran, kedai minuman, serta toko cenderamata dan pernak-pernik yang membuat pengunjung semakin bersemangat berbelanja dan menghabiskan waktu di sana. Ramai pula orang-orang yang menawarkan jasa foto di sudut terbaik Hongyadong.

Ribuan wisatawan tak berhenti datang ke Hongyadong demi mendapat pengalaman dan mengabadikan kecantikannya di malam hari. Apalagi, lampu-lampu di Hongyadong hanya dinyalakan dari pukul 8 hingga 11 malam waktu setempat.

Masih satu wilayah dengan Hongyadong, area lain yang menjadi andalan bagi masyarakat Chongqing menghabiskan malam adalah kawasan Jiefangbei, pusat bisnis dan perniagaan kota.

Kawasan tersebut terpusat pada Tugu Pembebasan Rakyat yang menjulang setinggi 27,5 meter dan didirikan untuk memperingati kemenangan China dalam Perang Dunia II melawan Jepang. Namun, tugu tersebut kini dikungkung oleh gedung-gedung yang menjulang tinggi di sekelilingnya.

Jiefangbei merupakan area khusus pejalan kaki, sehingga wisatawan bisa dengan bebas berkelana dan menjelajahi ratusan pusat perbelanjaan dan restoran yang berderet di sekeliling Tugu Pembebasan Rakyat.

Begitu malam, gedung-gedung di kawasan Jiefangbei jadi berkelap-kelip dengan beragam warna, corak, maupun tulisan yang dihasilkan layar LED raksasa. Terangnya gedung-gedung tersebut, selain menerangi para pejalan kaki di kawasan itu, juga terlihat bahkan dari seberang Sungai Jialing.

Sementara itu, masih menurut Alan, ia menyarankan waktu terbaik untuk berkunjung ke Chongqing adalah pada tengah musim gugur dan musim semi, atau sekitar bulan April—Mei atau September— awal November.

Pemandu wisata itu mengatakan, tak sedikit turis dari Indonesia datang ke Chongqing. Ia bahkan mengaku akan memandu kelompok wisatawan dari Indonesia pada September, tepat pada waktu yang ia sarankan datang.

Kategori :

Terkini

Minggu 22 Dec 2024 - 22:54 WIB

Dewan Ingatkan BKPSDM

Minggu 22 Dec 2024 - 22:52 WIB

Sekda Buka Rakor Natura

Minggu 22 Dec 2024 - 22:51 WIB

Pendaftaran P3K Dibuka Akhir Desember

Minggu 22 Dec 2024 - 22:49 WIB

134 Personil Amankan Natura

Minggu 22 Dec 2024 - 22:48 WIB

Konflik Lahan Berakhir Damai