JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO - Produksi karet dari perkebunan rakyat di provinsi Jambi menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Puncak produksi karet di Jambi pada tahun 2020 dengan jumlah 357.486 ton, namun, terus mengalami penurunan hingga tahun 2023.
Pada tahun 2019, produksi karet sebesar 350.045 ton dan meningkat menjadi 357.486 ton di tahun 2020. Terjadi penurunan berturut-turut dengan produksi sebesar 356.796 ton pada 2021, kemudian turun lagi menjadi 339.604 ton di tahun 2022, dan mencapai 326.407 ton pada tahun 2023.
Penurunan produksi ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah mengingat karet merupakan salah satu komoditas perkebunan utama yang menjadi sumber penghasilan bagi banyak petani di provinsi Jambi. Diperlukan upaya konkret untuk mengatasi penurunan produksi ini, baik melalui peremajaan tanaman karet, peningkatan produktivitas, maupun bantuan teknis kepada para petani.
Terpisah, Direktur Operasional PT Jambi Waras, Supanto mengatakan, penurunan produksi karet tersebut berimbas pada produksi di perusahaannya. Pada 2024 ini hanya berkisar 3.000 ton per bulan.
BACA JUGA:Karhutla Meluas di Areal Korporasi, Termasuk Izin PBPH dan Perkebunan Kelapa Sawit
BACA JUGA:Kembangkan Perkebunan Kayu Putih di Atas Lahan 6 Hektare
"Semua produk kita ekspor. Ke Eropa, Jepang, Amerika, dan lainnya," katanya.
Dia menambahkan, dari total produksi 3.000 ton per bulan, hanya 30% karet yang didapatkan dari petani lokal Jambi.
"Sebanyak 70 persen bahan baku kita beli dari luar Jambi. Fakta di lapangan memang banyak yang melakukan replanting dari karet ke sawit," kata Supanto.
Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir memang agak kesulitan memperoleh bahan baku, akan tetapi pihak manajemen tentu telah mengetahui potensi pasar yang ada, tinggal manajemen pengaturannya saja.
"Kalau dibanding dulu memang kita ada penurunan 30 sampai 40% dari total produksi," ujarnya.
Supanto mengatakan, pemerintah provinsi Jambi melalui Dinas Perkebunan harus turun tangan terutama dalam menjaga stabilitas harga komoditas karet. Sebab, kondisi saat ini harga sawit lebih menjanjikan dibandingkan karet, meskipun harga karet saat ini lumayan bagus dibandingkan sebelumnya.
Untuk permintaan karet dari negara luar sendiri saat ini memang agak sedikit terjadi hambatan hal itu disebabkan adanya perang di negara-negara Timur Tengah sehingga saat ini para pembeli sudah mengelompokkan bahwa Indonesia hanya menyediakan untuk pasar Asia saja karena kalau mau ekspor ke Eropa dan lainnya itu terkenal pengiriman di kapal karena sedang ada perang.
"Sehingga tinggal di atur saja, karet dari Indonesia di kirim ke negara mana, kalau ke Eropa butuh waktu pengiriman yang lama," pungkasnya. (*)