Candu judi mempengaruhi psikologis yang dapat menimbulkan rasa malas bekerja, sehingga berdampak terhadap penghasilan yang didapat oleh pekerja migran.
"Sekarang banyak judi online. Memang tidak ada lagi judi di jalanan karena cukup pakai ponsel bisa main judi. Pekerja migran jangan pernah masuk ke dalam judi online karena itu merugikan," kata Gede.
Lebih lanjut Gede menekankan kepada setiap calon pekerja migran untuk menempuh jalur prosedural, resmi, agar keselamatan dan keamanan terjamin saat bekerja di luar negeri.
Ketika bekerja sebagai buruh migran jalur resmi, maka manfaat yang diperoleh tidak hanya bagi pekerja itu sendiri tetapi juga keluarga.
Pekerja migran jalur resmi dilindungi oleh hukum negara asal dan negara tujuan. Mereka mendapatkan akses ke kontrak kerja yang jelas terkait gaji, jam kerja, hingga tunjangan, serta terhindar dari risiko eksploitasi oleh agen atau majikan ilegal.
Berbagai fasilitas juga didapatkan oleh pekerja prosedural mulai dari asuransi kesehatan, keselamatan kerja, tunjangan. Apabila ada masalah, maka pekerja dapat mengajukan keluhan melalui jalur hukum atau kedutaan besar.
Keluarga di negara asal merasa lebih tenang karena pekerja terlindungi dan memiliki jalur komunikasi resmi. Melalui pendapatan yang stabil, maka pekerja bisa menabung dan berinvestasi untuk pendidikan, usaha, maupun keperluan lainnya.
Negara juga mendapatkan untung dari pekerja prosedural berupa devisa dalam bentuk valuta asing yang dikirimkan oleh pekerja migran dari luar negeri.
Bekerja melalui jalur resmi adalah langkah bijak untuk memastikan keamanan, kesejahteraan, dan masa depan yang lebih baik bagi pekerja migran.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki program purna migran untuk melindungi dan membantu mantan pekerja migran setelah kembali ke Nusa Tenggara Barat. Program itu bertujuan meningkat keterampilan dan pengetahuan mantan pekerja migran hingga pembinaan membangun usaha.
Di Kecamatan Narmada, Lombok Barat, eksistensi kelompok purna migran sukses membangun usaha produksi kopi dan makanan ringan. Sedangkan, di Lombok Tengah, mereka yang mengelola pertanian sorgum awalnya hanya empat orang kini telah bertumbuh 40 orang menjadi eksportir.
Meski gaji lebih besar, namun jangan selamanya menjadi pekerja migran. Gaji yang diperoleh setiap bulan ditabung untuk modal usaha agar bisa lebih mandiri, produktif, dan meningkatkan kualitas hidup bersama keluarga. (ant)