70 Persen Lebih Warga Gaza Alami Kelaparan Akut
New York- Utusan Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland mengatakan akhir 2023 menjadi salah satu era paling mematikan dalam sejarah konflik Palestina-Israel ketika hampir semua lini memburuk.
Wennesland menyatakan hal ini dalam sidang Dewan Keamanan PBB yang membahas situasi di Timur Tengah, termasuk isu Palestina.
Dia juga menyoroti situasi kemanusiaan yang mengerikan di Jalur Gaza di mana distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza disebutnya masih menghadapi tantangan yang hampir taka teratasi.
Dia juga menyebutkan bahwa di tengah sengitnya pengungsian dan permusuhan, sistem tanggap kemanusiaan berada di ambang kehancuran.
Wennesland mengutuk pembunuhan warga sipil di Gaza, termasuk perempuan dan anak-anak, dan mengungkapkan kesedihannya atas kematian warga sipil, termasuk 131 staf PBB yang tewas akibat serangan Israel di Gaza.
Wennesland mengungkapkan “keprihatinan mendalam” atas meluasnya ketegangan di wilayah pendudukan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.
Dia mengingatkan serangan maut yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Israel.
"Semua pelaku kekerasan harus dimintai pertanggungjawaban dan segera diadili," kata dia.
Wennesland terkejut oleh banyaknya pejabat yang membangga-banggakan kekerasan dan menyemangati pembunuhan warga sipil.
Dia mengatakan ekspansi terus menerus permukiman Israel di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, mengancam kelangsungan Negara Palestina Merdeka.
Wennesland kembali menegaskan bahwa permukiman Israel terang-terangan melanggar resolusi PBB dan hukum internasional. Dia menyerukan pemerintah Israel segera menghentikan aksinya.
PBB masih berkomitmen mendukung Palestina dan Israel dalam mengakhiri pendudukan dan menyelesaikan konflik berdasarkan hukum internasional, resolusi-resolusi PBB dan perjanjian bilateral guna mencapai solusi dua negara, pungkasnya.
Sementara sekitar 71 persen penduduk Gaza mengalami kelaparan ekstrem lantaran terus menderita akibat serangan tiada henti Israel, kata sebuah penelitian yang dirilis kelompok hak asasi manusia Euro-Med Monitor pada Rabu.
Berdasarkan temuan yang melibatkan sampel 1.200 orang di Gaza itu, 98 persen responden mengaku mengonsumsi makanan yang tidak layak.