“Operator itulah yang nantinya akan mempublikasikan hal-hal yang berkaitan dengan pesantren, seperti kitab apa yang dikaji, bagaimana profil kiainya, dan lain-lain, ke dalam kanal digital milik pesantren,” tandasnya.
Sejauh ini Waryono belum puas dengan peran pesantren tradisional di dunia digital. Menurutnya, sebagian pesantren tradisional belum mampu menampilkan dirinya di media. Sehingga, ketika publik luar negeri mengakses pesantren melalui dunia digital, yang keluar bukan pesantren tradisional.
“Untuk itu kami benar-benar mendorong pesantren untuk melakukan digitalisasi. Dan salah satu ikhtiar yang bisa kami lakukan adalah dengan memberikan bantuan digitalisasi untuk pesantren,” imbuh pria kelahiran Cirebon itu.
Selain untuk mengaktivasi dan menggencarkan publikasi media, Waryono juga berharap pesantren melakukan pengembangan pembelajaran. Pembelajaran yang dulu dilakukan secara tradisional sekarang dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi.
“Misalnya dengan memproduksi konten-konten edukatif,” terangnya.
Waryono menegaskan bahwa bantuan digitalisasi pesantren merupakan terjemahan atas program transformasi layanan umat Menag Yaqut. Dia pun bertekad untuk melanjutkan program ini. “Kami akan terus berusaha meningkatkan layanan kepada pesantren terutama pemerataan bantuan digitalnya,” pungkasnya. (*)