Pantai Gading Menyulap Tragedi Menjadi "Happy Ending"

Senin 12 Feb 2024 - 20:01 WIB
Editor : Jurnal

OPTIMISME dan daya juang tinggi yang membungkus keterampilan dan kekompakan akhirnya mengantarkan Pantai Gading membalikkan hal yang tak mungkin menjadi mungkin, dengan menjuarai Piala Afrika 2023 setelah Senin dini hari tadi menaklukkan tim tertangguh dalam turnamen ini, Nigeria, di babak final.

Bagaimana tidak bisa disebut dongeng jika melihat awal perjalanan Si Gajah yang di ambang terlempar dari kompetisi, malah berakhir manis dengan trofi juara.

Mereka dibantai 0-4 oleh Guinea Ekuatorial dalam fase grup, empat hari setelah ditelan Nigeria 0-1 dalam fase yang sama.

Seluruh negeri di Afrika bagian barat itu, yang merupakan kawasan asal sebagian besar bintang-bintang sepak bola benua hitam, merasakan keterpurukan yang amat sangat. Mereka di ujung tanduk, apakah bisa lolos ke fase gugur?. 

Beruntung, Mozambik dengan ajaib memaksa Ghana seri 2-2 sehingga tiket terakhir babak 16 besar dari status peringkat ketiga terbaik, gagal diraih Ghana, dan sebaliknya menjadi milik tuan rumah Pantai Gading.

Tetapi sejak itu pula permainan dan juga keberuntungan Si Gajah berubah total. Mentalitas dan semangat bertarung pun berubah drastis, hingga mengantarkan mereka mengangkat trofi kontinental ketiganya setelah Piala Afrika 1992 dan Piala Afrika 2015.

Mentalitas itu muncul setelah pelatih sementara Emerse Fae menyuntikkan semangat dan rasa percaya diri tinggi kepada Serge Aurier cs.

Fae ditunjuk menggantikan pelatih asal Prancis, Jean-Louis Gasset, tak lama setelah Pantai Gading dianiaya Guinea Ekuatorial dalam pertandingan terakhir fase grup turnamen edisi tertunda pandemi Covid-19 itu.

Terkenal berdisiplin tinggi selama menjadi pemain, Fae berulang kali menyatakan tugas utamanya adalah meyakinkan pemain-pemain Pantai Gading yang rata-rata hebat, bahwa dengan bakat dan keterampilan yang mereka miliki seharusnya Pantai Gading melangkah jauh dalam turnamen ini.

Rasa percaya diri dan optimisme yang ditanamkan oleh Fae itu membekas pada anggota skuad Tim Gajah.

Mereka pun berubah kompak yang membuat keterampilan mereka kian bersinar dan mematikan, untuk menyingkirkan juara bertahan Senegal pada 16 besar, Mali dalam perempat final, Kongo pada babak semifinal, dan akhirnya menuntaskan balas kepada Nigeria dalam partai puncak.

Kepercayaan diri, optimisme dan energi bangkit menjadi modal terbesar Pantai gading.

Namun demikian, ada modal-modal lain yang membuat mereka menanjak dari pertandingan ke pertandingan setelah dibantai Guinea Ekuatorial.

Salah satu modal penting itu adalah pulih totalnya winger Brighton & Hove Albion Simon Adingra, dan striker Borussia Dortmund, Sebastien Haller.

Dua punggawa tim ini kerap merajalela di jantung pertahanan lawan sehingga tim paling ofensif pun tertahan untuk tak terus menekan, karena harus melawan teror tak henti dari duet pemain depan Pantai Gading itu.

Kategori :