Lestarikan Lingkungan Secara Mandiri, Jaga Populasi Kerang Berbagai Jenis

Kamis 13 Jun 2024 - 20:48 WIB
Editor : Jurnal

Kisah Adolof Melawan Cibiran Hingga Menerima Kalpataru

Nelayan berusia 45 tahun itu terdiam sejenak. Kedua bola matanya berkaca-kaca. Senang bercampur haru menyatu menjadi satu saat ia berkisah tentang perjuangan melestarikan kerang dari kepunahan.

 

HANYA segelintir orang yang mengenal sosok Adolof Olo Wonemseba. Ia lahir di Kampung Yende, Pulau Roon, Distrik Roon, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, pada 11 Agustus 1979.

Kepedulian melestarikan lingkungan secara mandiri, terutama menjaga populasi kerang berbagai jenis, sudah dilakukan sejak tahun 2008. Hal itu dipicu oleh kegelisahan terhadap populasi kerang yang mulai berkurang akibat sejumlah faktor.

Sembari melakukan aktivitas sebagai nelayan, Adolof tak lupa menyempatkan diri mengumpulkan kerang dari Pulau Auri untuk dibudidayakan di pesisir pantai Kampung Yende.

Lokasi budi daya pertama kali seluas 20x40 meter dengan jumlah kerang terdiri dari tiga kerang raksasa, 12 kerang raja, 25 kerang tangga, dan 15 kerang kikis.

"Awalnya saya molo (menangkap ikan dengan cara menyelam) lalu saya lihat kerang-kerang sudah jarang dilihat," ucap Adolof saat ditemui di Manokwari.

Seluruh kegiatan budi daya kerang dilakukan menggunakan pola-pola tradisional, tanpa ada bantuan dari pemerintah kampung dan pemerintah kabupaten setempat. Bahkan, tidak jarang apa yang dilakukan Adolof dipandang sebelah mata oleh masyarakat kampung.

Akan tetapi, celotehan dan cibiran itu tak pernah sedikit pun melunturkan semangat Adolof melestarikan populasi kerang. Ia bahkan mengajak istri dan anaknya tidak menjual dan mengonsumsi kerang.

"Hanya istri dan anak saja yang bantu saya pelihara kima (kerang). Dong (masyarakat kampung) lihat sa (saya) sebelah mata saja," ucap Adolof.

Terkadang, suami Welmina Ayemseba itu harus menyewa perahu motor untuk mengambil kerang dari Pulau Auri dengan waktu tempuh hampir 3 jam. Namun, laku konservasi memang sudah melekat dalam dirinya.

Selain kerang, Adolof juga membudidayakan terumbu karang, penetasan telur penyu, dan memberi makan ikan di perairan tempat pengembangbiakan kerang.

Suatu ketika, Adolof bertemu dengan tim dari Balai Besar Konservasi Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) Papua Barat.

Tim TNTC tertarik melihat apa yang sudah dikerjakan oleh Adolof selama belasan tahun hingga kemudian ia diusulkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai salah seorang penerima Kalpataru 2024 Kategori Perintis Lingkungan.

Kategori :