JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan penyakit tropis infeksi dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, dr. Soroy Lardo Sp.PD KPTI FINASIM, mengingatkan pentingnya memahami fase perjalanan klinis penyakit demam berdarah dengue (DBD) agar dapat menghindari perubahan imunitas dan menyelamatkan nyawa pasien.
Menurut dr. Soroy, masyarakat perlu mengenali tiga fase utama penyakit ini: fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan.
BACA JUGA:2024, Kasus DBD di Muaro Jambi Melonjak Tajam
BACA JUGA:Lonjakan Kasus DBD di Kabupaten Kerinci Memerlukan Respons Cepat
"Dengan memahami fase-fase ini, orang tua dapat mengambil keputusan tepat kapan membawa anak ke rumah sakit dan kapan mengelola kondisi di rumah," ujarnya kepada jambiekspres.co sebagaimana dikutip dari Antara.
Fase pertama adalah fase demam, di mana pasien mengalami demam selama satu hingga tiga hari dengan kadar virus yang tinggi dalam darah.
Pada fase ini, penting untuk memastikan pasien terhidrasi dengan baik dan diberikan obat penurun demam.
"Fase kritis, yang umumnya terjadi pada hari keempat dan kelima, menjadi masa yang berbahaya. Virus menyebabkan pembuluh darah bocor, yang dapat menyebabkan syok dan bahkan kematian," jelas dr. Soroy. Fase ini memerlukan penanganan medis yang intensif untuk menghindari komplikasi serius.
BACA JUGA:Kasus DBD Meningkat di Kabupaten Kerinci, Masyarakat Minta Dinkes Lakukan Fogging
BACA JUGA:Pancaroba, Masyarakat Diminta Waspada Meningkatkan Ancaman DBD
Setelah melewati fase kritis, dr. Soroy menegaskan bahwa fase pemulihan dimulai. "Saat ini, virus dalam tubuh mulai menurun dan sistem imun membaik, mendukung proses kesembuhan pasien," tambahnya.
Untuk deteksi dini, dr. Soroy menyarankan untuk membawa anak yang mengalami demam pada hari pertama ke rumah sakit.
Tes NS1 di laboratorium dapat membantu mengonfirmasi infeksi virus dengue, sementara penurunan trombosit juga merupakan tanda yang perlu diperhatikan untuk penanganan lebih lanjut.
Dalam pencegahan, dr. Soroy menekankan pentingnya vaksinasi DBD yang dapat diberikan setelah usia enam bulan hingga 45 tahun, serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk mengurangi risiko infeksi.
"Nutrisi yang baik juga mendukung dalam proses penyembuhan DBD, seperti asupan cairan, elektrolit, dan makanan bergizi seperti buah-buahan yang mengandung vitamin C," tambah dr. Soroy.
BACA JUGA:Mengkhawatirkan, Kasus DBD di Sungai Penuh Bertambah Jadi 61 Kasus
BACA JUGA:Muaro Jambi Waspada DBD, Terdapat 21 Kasus Positif
Informasi yang baik dan pemahaman mendalam tentang DBD diharapkan dapat membantu dalam penanganan yang lebih efektif, menjaga keselamatan pasien, dan menurunkan angka kematian akibat penyakit ini. (*)