Dibangun dengan Gaya Eropa, Ada Koleksi Buku Berbahasa Indonesia

BERGAYA EROPA: Salah satu bangunan bergaya Eropa di kampus Huawei Ox Horn, Dongguan, provinsi Guangdong, China. (Kanan) Koleksi buku dari Indonesia.--

Hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari kampus Ox Horn, Huawei juga membangun kampus Sanyapo (secara literal berarti "Tiga Jari") khusus sebagai tempat pelatihan bagi para pegawai baru maupun pegawai yang akan menempati posisi baru.

Para pegawai baru akan berada di kampus itu selama satu pekan, sedangkan pegawai lama dengan posisi baru akan belajar selama 2 pekan hingga 6 bulan di kampus yang juga bergaya Eropa tersebut. Kampus tersebut baru selesai sepenuhnya pada 2022, meski sudah mulai beroperasi pada 2020.

Salah satu bangunan yang tampak menonjol di Kampus Huawei Sanyapo adalah "istana" putih gading yang megah. Istana tersebut sebenarnya adalah perpustakaan besar yang memiliki 110 ribu koleksi buku dari berbagai masa dan bahasa.

Perpustakaan itu juga dirancang sangat detail dan berkelas.

Bagian langit perpustakaan berupa mosaik kaca melengkung yang disusun sedemikian rupa, sehingga cahaya Matahari dapat tetap masuk, namun tidak menyilaukan mata pengunjung.

Di pinggiran mosaik kaca tertulis kota-kota besar di dunia, baik pada masa modern maupun kuno, seperti London, Mexico City, Kyoto, Babylon, Yerusalem, Roma, New York, Byzantium, Beijing, Alexandria, dan kota-kota lainnya.

"Kota-kota tersebut menunjukkan progres dari peradaban umat manusia," kata seorang pustakawan.

Selain itu, di bagian langit-langit juga ada pola yang menunjukkan relasi geografis antara dua kota, seperti Beijing dan Alexandria.

Buku-buku koleksi perpustakaan Huawei Sanyapo juga beragam, termasuk buku berharga yang ditulis pada abad ke-1 SM dan buku tersebut tidak pernah muncul selama sekitar 2.000 tahun, namun pada abad ke-19 Masehi, satu penerbit ingin memublikasikan ulang buku tersebut dan meminta pelukis ulung asal Spanyol Pablo Picasso untuk membuat ilustrasi dalam buku tersebut.

Buku-buku koleksi perpustakaan, selain berbahasa Mandarin dan Inggris, juga ada yang berbahasa Rusia, India, Kamboja, bahkan Indonesia.

Setidaknya ada 7 buku berbahasa Indonesia yang menjadi koleksi perpustakaan tersebut, yaitu "Hikayat Kretek", "Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam", "Freeport Bisnis Orang Kuat vs Kedaulatan Negara", "Hakikat Ilmu Pengetahuan Budaya", "Meluhurkan Kemanusiaan", "Roman Medan: Sebuah Kota Membangun Harapan", hingga "Catatan Suhardi Alius, Memimpin dengan Hati".

Pegawai yang ingin membaca buku koleksi perpustakaan dapat membaca di tempat namun tidak boleh membawa pulang buku-buku itu.

Di depan perpustakaan, ada danau yang menjadi "tempat tinggal" angsa hitam. Secara simbolis angsa hitam menunjukkan sifat tidak mudah puas dalam perusahaan sehingga terus berusaha untuk berpikir secara kreatif dan inovatif.

Untuk membangun kampus bergaya Eropa masa lalu tersebut, Huawei tidak kurang mengeluarkan uang hingga 10 miliar yuan (sekitar 1,4 miliar dolar AS) untuk menjadi "sekolah dan tempat meneliti" 25 ribu orang pegawainya.

Riset Huawei

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan