Dokter Influencer, Pahlawan Kesehatan atau Penebar Hoaks?

Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Mohammad Adib Khumaidi saat melakukan gelar wicara di Antara Heritage Center--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dalam era digital, dokter influencer telah menjadi sosok yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan informasi kesehatan.

Dengan jutaan pengikut di media sosial, mereka memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gaya hidup sehat.

Namun, penting bagi dokter influencer untuk selalu berpegang pada prinsip-prinsip ilmiah dan etika profesi.
Untuk memastikan informasi kesehatan yang disampaikan kepada masyarakat akurat dan terpercaya, diperlukan kolaborasi yang erat antara berbagai pihak.

BACA JUGA:Bahaya Penyuntikan Silikon Cair untuk Pembesaran Penis, Dokter Beri Peringatan

BACA JUGA:Dokter Serukan Pentingnya Kesadaran Kanker Payudara pada Remaja Perempuan

Dokter influencer, pemerintah, lembaga kesehatan, dan platform media sosial harus bekerja sama dalam membangun ekosistem digital yang mendukung literasi kesehatan.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Mohammad Adib Khumaidi, mengingatkan para dokter yang berperan sebagai influencer untuk menyampaikan informasi kesehatan yang berbasis bukti ilmiah dan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
"Sesuaikan dengan keilmuan yang dimiliki. Jangan membuat pernyataan yang di luar hal-hal berkaitan dengan evidence-based (berbasis bukti ilmiah)," ujar Adib dalam gelar wicara di Antara Heritage Center, Jakarta Pusat.
Adib menyoroti tren meningkatnya jumlah dokter yang menjadi konten kreator di media sosial.

Menurutnya, konten-konten tersebut berperan penting dalam memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat luas dan mendorong minat publik untuk menggali lebih dalam isu-isu kesehatan.

BACA JUGA:Jangan Sembarangan Memindahkan Korban Kecelakaan, Ini Saran Dokter

BACA JUGA:Perkembangan Motorik Anak Dapat Diasah di Rumah, Menurut Dokter
Namun, ia menegaskan bahwa informasi yang disampaikan harus merujuk pada referensi medis yang dapat dipertanggungjawabkan.
"Referensi dalam dunia kedokteran harus berbasis bukti ilmiah. Ini penting agar setiap informasi yang disampaikan didasarkan pada pemahaman yang benar dan sesuai dengan sumber medis yang valid," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan bahwa memilih menjadi dokter influencer merupakan pilihan yang dapat membawa dampak positif bagi masyarakat, khususnya dalam mengedukasi kesehatan.
"Dokter yang menjadi influencer dapat memberikan edukasi yang lebih berbobot. Mereka memiliki kompetensi dalam memberikan pengobatan dan tindakan medis berdasarkan hasil pemeriksaan," jelas Siti.

BACA JUGA:Seberapa Aman Bedah Laparoskopi untuk Mengatasi GERD?, Ini Pejelasan Dokter Bedah

BACA JUGA:Persiapan Fisik Penting Sebelum Ikut Maraton, Menurut Dokter Spesialis Gizi
Namun, ia juga mengingatkan bahwa etika dalam bermedia sosial tetap harus dijaga.
"Kebebasan berekspresi tetap memiliki batasan. Harus ada koridor yang jelas agar tidak menyinggung atau menyakiti pihak lain," tambahnya. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan