Dengan Lenso Soekarno Mempertahankan Kedaulatan Budaya dari Nekolim

DIPAMERKAN: Koleksi rekaman musik lenso yang dipamerkan dalam pameran bertajuk "Mari Ber-Lenso". (ANTARA/Farhan Arda Nugraha) --

Peneliti musik lulusan Universitas Indonesia (UI) Ignatius Aditya Adhiyatmaka menjelaskan bahwa Soekarno menggagas apa yang ia sebut sebagai "lenso gaya baru," di mana ia membuka ruang kreatif seluas-luasnya kepada para musisi untuk menafsirkan serta mengembangkan musik pengiring tari lenso dengan tetap menonjolkan identitas budaya Indonesia.

Oleh karena itu, tidak ada pakem instrumen atau struktur khusus yang mendefinisikan genre musik lenso.

Lenso memberikan kemungkinan bagi musisi untuk bereksperimen dengan suara-suara yang menjembatani unsur musik modern, namun tetap lekat dengan ciri khas budaya Indonesia.

Selain itu, para musisi saat itu yang sebagian besar dilatih secara formal dalam tradisi musik Barat harus merumuskan metodologi dalam mengartikulasikan hal-hal yang didefinisikan sebagai "suara-suara Indonesia".

 

Salah satu tantangan pengembangan lenso sebagai genre musik adalah menunjukkan autentisitasnya. Eksperimen musik populer pada era 1960-an banyak memasukkan unsur irama bergaya Latin, seperti cha-cha dan rumba. Bahkan, lenso sendiri dianggap sebagai versi musik Hawaii yang diperlambat.

Selain sebagai upaya mempertahankan identitas nasional, bagi pengamat, lenso juga berperan dalam proses de-kolonialisasi di Indonesia, yakni upaya menanggalkan sisa-sisa peninggalan masa penjajahan Belanda.

Lenso ditafsirkan sebagai bentuk pemaknaan ulang musik tradisional Indonesia yang selama masa penjajahan didominasi oleh sudut pandang negara Barat.

Saat itu, Soekarno berpandangan bahwa aspek seni hiburan di Indonesia, terutama di bidang seni musik dan tari pasca kemerdekaan, masih terdapat pengaruh dari negara Barat.

Melalui lenso, Soekarno mengemukakan sudut pandang baru dalam memaknai aspek budaya Indonesia dengan menonjolkan tradisi musik dan tari khas Indonesia, namun tetap mengikuti perkembangan zaman.

Lenso ini digunakan sebagai alternatif, jadi bukan antitesis dari budaya Barat, tapi sebuah alternatif dan juga jawaban dari Soekarno untuk proses imperialisasi yang deras pada saat itu.

Mungkin salah satu sisi kehidupan Soekarno yang tidak banyak diketahui adalah bahwa ia pernah menciptakan sebuah lagu bertajuk "Bersuka Ria". Lagu tersebut kemudian dinyanyikan oleh Rita Zahara, Nien Lesmana, Titiek Puspa, dan Bing Slamet, dengan iringan musik lenso dari Orkes Irama pimpinan Jack Lesmana.

 

Lagu "Bersuka Ria" menjadi salah satu nomor dalam album berjudul "Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso" yang diproduksi dan diedarkan oleh The Indonesia Music Company Irama pada tahun 1965.

Selain "Bersuka Ria," album yang dirilis untuk memperingati satu dasawarsa Konferensi Asia-Afrika itu juga berisi lagu-lagu dari berbagai daerah, di antaranya "Soleram," "Malam Bainai," dan "Gelang Sipaku Gelang," dengan aransemen ala lenso hasil kolaborasi beberapa musisi terkenal Indonesia.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan