Hidup Berdampingan, Guyub Rukun Tanpa Perselisihan
ERUPSI: Warga berlari menjauh dari erupsi dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/11/2024). FOTO: ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA --
Hikmah Erupsi Lewotobi Bagi Warga Desa Pululera
Berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada 7 November 2024 pukul 10:48 WITA mencapai tinggi kolom abu sekitar 5.000 meter di atas puncak atau 6.584 m di atas permukaan laut.
---
TAK ada manusia yang ingin tinggal di pengungsian korban bencana alam. Namun, bila Tuhan memberikan dua pilihan antara mati atau hidup menjadi pengungsi, maka sepertinya menjadi pengungsi adalah pilihan kebanyakan orang untuk tetap hidup.
Amaran tersebut mungkin jatuh kepada warga Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berada sekitar 7 kilometer di utara Gunung Lewotobi Laki-laki, yang kini sedang erupsi.
Kepala Desa Pululera, Paulus Sang Sony Tukan menyatakan bahwa desanya merupakan desa yang terbilang cukup menjanjikan dibandingkan dengan desa lainnya, di mana pendapatan per kapita warga desa tersebut bisa mencapai Rp3 juta per orang. Angka tersebut terbilang cukup mencolok, sebab, Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Flores Timur pada 2024 senilai Rp2.186.826.
BACA JUGA:Keasang Pengarep Turun Gunung
BACA JUGA:Antisipasi Potensi Tsunami Jika Gunung Iya Erupsi
Ia menyebut desanya memiliki berbagai komoditas unggulan seperti cokelat, vanili, hingga binatang ternak yang jumlahnya mencapai 50 persen dari jumlah seluruh ternak di Kabupaten Flores Timur.
"Warga di sini, kalau menonton televisi sudah banyak yang pakai televisi kabel," kata Paulus, mengungkapkan.
Klaim tersebut tidak bisa diamini secara langsung, namun juga tidak bisa dibantah secara mentah-mentah. Sebab secara penampilan, desa ini memang terlihat lebih kaya dibandingkan desa lainnya.
Perbedaan yang paling mencolok adalah adanya usaha binatu atau laundry, sebuah usaha yang tidak lazim untuk berada di suatu desa di kaki gunung, yang bahkan juga tidak kami temui di desa lainnya.
Sebelumnya, Gunung Lewotobi Laki-laki sempat tertidur selama 22 tahun lamanya. Selama itu pula, 94 persen warga Desa Pululera yang sehari-harinya berkebun dan beternak mengumpulkan pundi-pundinya, hingga menjadi desa yang makmur sebagaimana yang dikisahkan oleh Paulus.
Namun, berbagai kejayaan tersebut seolah sirna kala Gunung Lewotobi Laki-laki bangkit dari tidur panjangnya di penghujung 2023 yang lalu.