Berawal Dari Hobi Menato, Kini Jadi Mentor Membatik
MEMBATIK: Warga binaan yang menjadi mentor membatik, Wayan Sumade Yasa, mewarnai Batik Tulis Gembok di sanggar kerja Lapas Kelas IIA Lombok Barat, NTB, Jumat (15/11/2024). FOTO: ANTARA/DHIMAS BUDI PRATAMA --
Membatik Masa Depan Dari Balik Tembok Lapas
Kehidupan di balik jeruji yang acap kali diasosiasikan dengan penuh keterbatasan, ternyata tidak berlaku bagi Wayan Sumade Yasa, pria asal Abian Tubuh, Kota Mataram. Seperti apa ceritanya?
---
SEBAGAI narapidana kasus narkotika yang menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Yasa--sapaan akrabnya-- menepis stigma itu dengan berkarya.
Ia mulai berkarya dari dalam lapas pada awal 2023, saat bergabung dengan kelompok batik tulis. Berkat hobi menato, kini Yasa didaulat oleh Lapas Kelas IIA Lombok Barat sebagai mentor membatik.
Hal yang membuat berbeda karya batik tulis Yasa bersama kelompoknya terlihat dari corak yang punya khas tampilan budaya lokal dan keindahan Pulau Lombok.
Dengan beragam corak seperti Bale Lumbung, Cicak, Putri Nyale, Presean, Gendang Beleq, dan Sirkuit Mandalika, menjadikan batik tulis karya Yasa dan kelompoknya punya daya tarik tersendiri di pasaran.
BACA JUGA:Batik Jambi Bukti Sains dan Globalisasi
BACA JUGA:Disparpora Gelar Fashion Show Batik di Sarolangun
Bagi Yasa, kini membatik tidak sekadar untuk menghabiskan masa hukuman, tetapi sudah menjadi media ekspresi diri sekaligus sarana membangun harapan baru saat kembali pulang.
Kisah Yasa ini menjadi salah satu gambaran bahwa tidak ada yang dapat membatasi seseorang untuk berkarya. Bahkan, di tengah keterbatasan, Yasa membuktikan potensi dan perubahan diri selalu punya peluang untuk diraih.
Yasa pun mengambil pelajaran hidup yang ia petik dari pengalaman membatik di lapas. Menurut dia, membatik tidak butuh keahlian khusus, yang penting mau belajar.
"Siapa pun bisa melakukan (hal baru), kalau memang ada niat mau belajar, pasti bisa," kata Yasa.
Cerita Istana Negara