Waspada! Jarum Suntik Bisa Jadi Sarang Penularan HIV/AIDS

Ilustrasi - Jarum suntik. (ANTARA/Sutterstock) --

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dr. Ngabila Salama, seorang praktisi kesehatan masyarakat, memperingatkan potensi bahaya yang terkait dengan penggunaan jarum tajam dalam penyebaran HIV/AIDS.

Menurutnya, salah satu cara penularan HIV yang cukup berisiko adalah melalui kontak langsung dengan darah yang terinfeksi, termasuk penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
“Penggunaan jarum tajam yang digunakan bergantian sangat berbahaya dalam mempercepat penyebaran HIV, terutama di kalangan pengguna narkoba suntik. Virus HIV dapat dengan mudah ditularkan melalui darah yang tercemar,” jelas Ngabila dalam wawancara dengan ANTARA di Jakarta.

BACA JUGA:HIV Bisa Menular Melalui Kontak Langsung dengan Cairan Tubuh

BACA JUGA:Lapas Kelas IIA Jambi Lakukan Skrining VCT untuk Deteksi Dini HIV Warga Binaan
Ngabila menekankan bahwa HIV juga dapat ditularkan melalui hubungan seksual tanpa proteksi, di mana cairan tubuh yang mengandung virus—seperti air mani, darah, atau cairan vagina—dapat masuk ke tubuh pasangan.

Penularan HIV berisiko lebih tinggi apabila pasangan yang terinfeksi memiliki viral load (jumlah virus) yang tinggi.


Di sisi lain, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, baik pada prosedur medis, pembuatan tato, atau pemakaian bersama oleh pengguna narkoba suntik, dapat meningkatkan risiko penularan HIV.

Selain itu, jika jarum tajam dibuang sembarangan, orang lain berisiko terpapar darah terkontaminasi.
“Jarum suntik yang digunakan seharusnya hanya digunakan sekali dan harus dipastikan steril. Jangan berbagi jarum suntik dengan siapa pun, bahkan jika orang tersebut tampak sehat. Selain itu, buang jarum tajam di tempat pembuangan khusus agar tidak membahayakan orang lain,” tambah Ngabila.
Ngabila juga mengingatkan bahwa penularan HIV tidak hanya terjadi melalui jarum tajam, tetapi juga melalui hubungan seksual berisiko.

Salah satunya adalah hubungan tanpa kondom, yang bisa meningkatkan peluang penularan, terutama bila status HIV pasangan tidak diketahui.

BACA JUGA:Dinkes Temukan Tren Baru Meningkatnya Kasus HIV/AIDS di Jambi

BACA JUGA:Dewan Perihatin Kasus HIV di Kota Jambi Melonjak Tajam

Hubungan seksual anal juga lebih berisiko karena jaringan di rektum lebih rentan terhadap luka dibandingkan vagina.
“Berhubungan seksual tanpa kondom dengan pasangan yang tidak diketahui status HIV-nya sangat berisiko. Risiko ini semakin meningkat bila pasangan terinfeksi HIV dan tidak menjalani terapi antiretroviral (ART),” jelasnya.
Infeksi menular seksual (IMS) dan luka pada area genital juga dapat mempermudah virus HIV masuk ke dalam tubuh.

Misalnya, sifilis, herpes, atau gonore yang menyebabkan luka dapat meningkatkan kerentanannya, terutama saat pasangan sedang menstruasi.
Ngabila mengingatkan pentingnya penggunaan kondom dengan benar untuk mengurangi penularan HIV.

Kondom lateks atau poliuretan adalah alat yang efektif dalam mencegah penularan jika digunakan secara konsisten setiap kali berhubungan seksual.
Ia juga menyarankan agar pasangan yang aktif secara seksual secara rutin melakukan tes HIV, terutama jika berganti pasangan atau memiliki pasangan baru.

BACA JUGA:Kota Jambi Darurat HIV, Kasus Homoseksual Jadi Penularan Terbesar

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan