DIPA APBN untuk Jambi 2025 Turun Jadi Rp 21,8 T
Gubernur Jambi Al Haris --
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO - Kementerian Keuangan RI melalui Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Jambi menyerahkan secara digital Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Alokasi Transfer ke Daerah (TKD) 2025 lingkup Provinsi Jambi.
Gubernur selaku perwakilan pemerintah pusat di daerah menyerahkan DIPA dan TKD kepada perwakilqn Satker serta Bupati dan Walikota.
Pada penyerahan di rumah dinas Gubernur Jambi Senin (16/12) terjadi total penurunan untuk DIPA Provinsi Jambi tahun 2025 ini.
Terlihat dari tahun 2024 lalu belanja negara Jambi Rp24 Triliun turun menjadi Rp21, 84 Triliun di DIPA 2025.
Hal itu terjadi lantaran telah selesainya pekerjaan tol di Jambi dan rampungnya Museum Candi Muaro Jambi pada tahun 2024, sehingga tak dianggarkan lagi pada 2025.
"Tahun 2024 Jambi itu mendapat (DIPA) Rp24 Triliun menurun menjadi Rp21,84 Triliun. Karena yang tadinya di Jambi ada jalan tol dan Pembangunan Museum Candi Muaro Jambi sudah selesai," sebut Al Haris.
BACA JUGA:Perkirakan 100 Ribu Kendaraan Lintasi Tol Baleno 3
BACA JUGA:Pj Bupati Dampingi Wamen PPPA Kunjungi Candi Muaro Jambi
Meski DIPA turun namun khusus untuk Transfer ke Daerah pada 12 Pemerintah Daerah di Jambi mengalami peningkatan.
"Oleh karena itu kita dibawah harus memaksimalkan dengan menggunakan belanja yang urgensi pada tugas pokok. Serta ada komponen yang turun karena mengikuti arah fokus nasional seperti untuk program makan bergizi gratis dan kemandirian pangan," jelas Haris.
Lebih lanjut, setelah diserahkan DIPA menjadi tugas instansi vertikal dan Pemda (Bupati/Walikota) untuk menjabarkan instrumen dan postur APBN 2025.
"Saya pesankan gunakan APBD sebijak mungkin hindari hal yang menyimpang apalagi korupsi yang menimbulkan kerugian negara dan tak bermanfaat untuk masyarakat," terangnya.
Al Haris menegaskan, dari pesan Presiden RI Prabowo agar Pemda menghindari kegiatan yang sifatnya tak urgensi, seperti workshop, seminar dan perjalanan dinas keluar daerah yang tak penting. Dan komponen belanja harus maksimal untuk masyarakat.
"Karena saat ini kita sudah bisa berkomunikasi dengan teknologi (daring) sekarang ini, jadi jika konsultasi itu bisa berhari-hari maka dengan daring agar ada penghematan belanja daerah," jelasnya.