Dari House of Tugu Hingga Jembatan Kota Intan
STASIUN JAKARTA KOTA: Suasana pagi di Stasiun Jakarta Kota pada Selasa (31/12/2024). --
Jembatan Kota Intan
Het Middelpunt Burg (jembatan pusat) atau yang saat ini lebih dikenal sebagai Jembatan Kota Intan merupakan lintasan perdagangan yang menjadi saksi bisu dari sibuknya lalu lalang kendaraan, kala itu.
Pada tahun 1655 jembatan yang terbuat dari kayu itu sempat hancur terkena banjir dan berulang kali mengalami perbaikan. Meski demikian, tidak ada struktur bangunan yang diubah.
Hanya saja, namanya diganti menjadi “Juliana Bernhard”. Sampailah pada tahun 1938, jembatan gantung itu dapat diangkat untuk mempermudah perahu-perahu lewat.
Namanya kembali berubah menjadi “Jembatan Kota Intan”, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Nama tersebut diberikan sesuai dengan lokasi jembatan tersebut berada.
Infrasktruktur itu kemudian beralih fungsi menjadi salah satu bagian dari Museum Bahari sejak 7 Juli 1977 dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta pada masa itu, yakni Ali Sadikin.
Rupa dari jembatan itu sebenarnya seperti jembatan pada umumnya, namun sekarang, kedua sisinya dibatasi oleh pagar hitam disertai dengan penjagaan yang ketat, sehingga tidak banyak orang bisa melintasinya.
Museum Sejarah Jakarta
Jika Anda penasaran untuk mengetahui seperti apa bentuk sistem pemerintahan Jakarta pada masa pendudukan Belanda, Museum Sejarah Jakarta atau Fatahillah menjadi titik yang tepat.
Pembangunan gedung tersebut pada mulanya ditujukan sebagai balai kota pada zaman pemerintahan Gubernur Jan Pieterszoon Coen di tahun 1626, tetapi peresmiannya baru dilakukan pada tahun 1710 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Abraham Van Riebeeck.
Selepas peresmian lokasi itu
beralih fungsi sebagai pusat pemerintahan perusahaan Hindia Timur (Vereenigde Oost Indische Compagnie/VOC) di Batavia yang tidak hanya mengurusi masalah hukum hingga pajak, tetapi juga pusat berdoa, pengadilan, penjara, dan tempat eksekusi tahanan.
Anda masih dapat melihat penjara tersebut, lengkap dengan barang-barang yang digunakan para tahanan dulu. Posisi penjara yang berada tepat di bawah bangunan utama, memiliki suasana suram dan cukup lembab.
Kegelapannya, bahkan dapat menggambarkan betapa sempit dan tersiksanya para tahanan yang dikurung di dalamnya.
Pada ruangan atas, pengelola museum telah menyiapkan berbagai informasi menarik disertai dengan koleksi-koleksi sejarah yang memberikan kilas masa lalu kota kolonial.